Kisah Pasien Covid Meninggal di RSUP Sardjito dan RSUD Wonosari

15 Juli 2021 08:31

GenPI.co - Seorang pasien Covid-19 dikabarkan meninggal dunia saat antre di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Sardjito, pada Selasa, kemarin.

Peristiwa itu menimpa pasien Covid-19 berinisial P (54), warga Banyu Temumpang, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Kejadian ini dibenarkan Carik Bangunjiwo Sukarman.

"Benar. Kejadian kemarin (Selasa). Kemarin (Selasa) pagi, kami antarkan pasien dengan ambulans ke RSUP Dr Sardjito. Di sana yang bersangkutan sudah terdaftar dan tengah mengantre di kursi depan IGD untuk mendapatkan pelayanan. Ambulans pun pulang. Namun, tidak berselang lama. Siang harinya, kami dikabari keluarga, pasien tersebut meninggal dunia," kata Sukarman, dilansir dari Ayoyogya.com.

BACA JUGA:  Duh, Separuh Tenaga Kerja di Yogyakarta Berpotensi Dirumahkan

Sukarman bersama tim ambulans lantas mendatangi RSUP Dr Sardjito untuk menjemput jenazah pasien.

Oleh pihak rumah sakit, jenazah pasien lalu dipeti. Tim ambulans selanjutnya membawa jenazah pasien untuk dimakamkan.

BACA JUGA:  PPKM Darurat, Barito Putera Geber Latihan di Yogyakarta

"Kami sendiri baru bisa memakamkan malam setelah Magrib karena harus menunggu proses yang harus dilalui di rumah sakit. Kami makamkan dengan protokol kesehatan," ungkapnya.

Sukarman menjelaskan, P meninggal karena belum tertangani oleh pihak rumah sakit walaupun telah masuk dalam daftar pasien yang akan ditangani. Korban memiliki riwayat sesak napas sebelum dinyatakan positif Covid-19 dan meninggal dunia saat mengantre di RSUP Dr Sardjito.

BACA JUGA:  Ambulans SAR Yogyakarta Dirusak, Sempat Diadang Orang Mabuk

Selain itu kabar duka juga menyelimuti Supraptini (48) warga RT 03/01 Padukuhan Sumberejo, Ngawu, Playen, Gunungkidul ketika teringat perjuangan beratnya mencari oksigen medis untuk suaminya Paidi (46) pada beberapa waktu lalu. Supraptini mengungkapkan, suaminya adalah salah satu pasien Hemodialisa (cuci darah) di RSUD Wonosari sejak 9 tahun lalu.

Seperti biasa, sebelum melakukan cuci darah di RSUD Wonosari maka suaminya harus melakukan test swab di Puskesmas Playen. Saat itu, suaminya berangkat sendiri ke Puskesmas I Playen untuk melakukan uji swab. Hasilnya disebutkan negatif. Namun anehnya, lanjut Supraptini, meski negatif tetapi pihak Puskesmas meminta Paidi untuk melakukan isolasi mandiri di rumah selama 10 hari.

Kendati demikian, keesokan harinya Paidi tetap memutuskan untuk berangkat sendiri cuci darah ke RSUD Wonosari. Selama 9 tahun bapak memang berangkat sendiri kalau (cuci darah).

Namun sore harinya ketika pulang dari cuci darah, Kepala Dukuh Sumberejo mendatangi kediaman Paidi. Dukuh tersebut mengatakan jika Paidi positif Covid-19 dan diminta untuk isolasi mandiri di rumah. Keluarga pun heran lantaran pernyataan Paidi positif hanya disampaikan secara lisan.

Karena harus melakukan isolasi mandiri, membuat Paidi stres karena tidak bisa bekerja lagi. Paidi khawatir pendapatannya sebagai tukang parkir akan hilang jika harus menjalani isolasi mandiri. Supraptini pun heran mengapa hanya suaminya yang dinyatakan positif Covid-19, sedangkan teman-teman suaminya tidak ada yang terpapar.

Supraptini sudah berusaha mengambil oksigen ke Puskesmas Playen namun kosong. Ia pun membawa suaminya menggunakan sepeda motor ke RSUD Wonosari dengan harapan bisa mendapatkan asupan oksigen di IGD. Namun karena kala itu IGD sudah penuh maka harapan mendapat asupan oksigen pupus.

Pagi harinya, suaminya, Paidi diketahui meninggal dunia dalam posisi terduduk. Senin pagi, beberapa saat setelah suaminya meninggal, ada petugas Puskesmas yang datang ke rumahnya. Petugas tersebut bermaksud mengantar Paidi ke RSUD Wonosari untuk melakukan cuci darah. Saat itu petugas Puskesmas belum mengetahui kalau suaminya telah meninggal dunia. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hartanto Ardi Saputra

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co