GenPI.co - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) sulit menerima masukan dari para ahli.
Salah satu yang menjadi sorotan ialah terkait harga tes polymerase chain reaction (PCR) atau pun antigen.
"Memang susah untuk memberi masukan kepada pemerintah, kalau tidak sadar benar tujuanya apa, ya, mereka masuk kuping kiri keluar kuping kanan," tegas Pandu Riono kepada GenPI.co, Senin (16/8).
Akademisi UI itu juga mengatakan soal penanganan covid-19 itu sudah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, termasuk dari epidemiolog.
"Dulu sudah ada yang bandingkan (soal harga tes usap), tapi perhatiannya bukan ke situ," jelasnya.
Pemerintah Jokowi juga dinilai telat merespons masukan dari berbagai tim ahli.
"Setelah disadari oleh pemerintah bahwa testing itu bagus, bermanfaat, dan testing itu juga kurang, baru menjadi perhatian," ungkapnya.
Pandu Riono juga mengatakan, pemerintah baru menyadari bahwa sekarang isolasi mandiri bukan pilihan terbaik.
"Seharusnya isolasi terpusat yang disediakan pemerintah yang tujuannya untuk memutuskan penularan," katanya.
Dia pun mengatakan tak heran dengan respons pemerintah yang dinilai lambat menanggapi suatu masalah, termasuk pandemi covid-19.
"Kalau telat biasalah pemerintah, kalau tidak telat, hebat dong pemerintah," tegasnya.
Dengan turunnya harga PCR tersebut, Pandu berharap masyarakat mau membayar terutama pelaku perjalanan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News