GenPI.co - Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas blak-blakan mengungkapkan potensi gempa bumi berkekuatan 8,7 hingga 9 SR di megathrust selatan Jawa.
Ngerinya, jika gempa bumi tersebut terjadi, diprediksi bakal menimbulkan bencana tsunami setinggi 20 meter.
Tak hanya itu, menurut Heri Andreas, sifat gempa bumi adalah berulang. Artinya gempa yang telah terjadi akan terjadi lagi di masa kini dan yang akan datang. Secara bahasa keilmuannya disebut Earthquake Cycle.
"Megathrust ini dapat menghasilkan gempa dengan kekuatan sangat besar. Saat ini tengah berada di ujung siklus atau perulangan. Dengan kata lain berpeluang terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi," jelas Heri Andreas dalam keterangan resminya, Kamis (19/8/2021).
"Bisa besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, bisa kapan saja," sambungnya.
Meski begitu, Ketua Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni (IA-ITB) itu menjelaskan, hingga kini belum ada ilmuwan yang bisa memprediksi kapan datangnya gempa.
Karena itu tsunami akibat gempa megathrust tidak bisa diprediksi kapan waktunya.
"Dengan kata lain berpeluang terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi," tegasnya.
Adapun data GNSS (Global Navigation Satellite System) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur.
"Jika gempa terjadi kekuatannya dapat mencapai 8.7 Mw hingga 9.0 Mw dan bisa jadi diikuti tsunami hingga 20 meter tingginya," ungkapnya.
Selain itu, dalam akumulasi energi itu, Jakarta kena dampaknya Gelombang tsunami berdasarkan hasil pemodelan.
"Ternyata bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1.5 meter. Dibanding dengan 20 meter tentunya 1 meter adalah kecil. Namun faktanya, saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar," bebernya.
Namun yang bikin heboh, berdasarkan hasil simulasi model, run up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua, hingga Gajah Mada.
"Kalau Kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," ujar Heri Andreas.
Melihat kondisi tersebut, tanggul pantai atau laut di Jakarta akan berperan penting. Tidak hanya mencegah banjir rob, tetapi juga memproteksi Jakarta dari tsunami.
"Gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hampir tidak mungkin Kita cegah kecuali dengan Doa. Apa yang bisa kita perbuat adalah bagaimana kita bersiap menghadapinya," tuturnya.
Tanggul pantai atau laut adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan untuk menghadapinya. Untuk itu, semua pihak harus mendukung pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan tanggul di pesisir Jakarta.
"Takutnya tsunaminya keburu datang, karena saat ini tengah di ujung perulangan," pungkasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News