5 Fakta Piring Pelepah Pinang, Kerajinan Khas Jambi yang Viral

27 Agustus 2021 23:50

GenPI.co - Di tengah keresahan akibat ancaman perubahan iklim yang salah satunya disebabkan oleh sampah yang tidak mudah terurai, dari tangan pemuda Indonesia lahirlah inovasi yang bisa membantu mengatasi masalah lingkungan hidup, yaitu piring pelepah pinang yang bersahaja.

Melalui akun Instagram-nya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkapkan apresiasi atas inovasi tersebut dan menyebutnya sebagai langkah cemerlang.

Inovasi ini dinilainya telah menghadirkan lapangan kerja baru yang mengedepankan aspek kelestarian lingkungan.

BACA JUGA:  Perayaan Waisak di Jambi, Lele dan Kura-kura Dilepasliar ke Danau

Sebagian pembuat piring pelepah pinang adalah warga Desa Sinar Wajo dan Desa Sungai Beras yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

Sudah tak sabar ingin hunting piring keren tersebut? Ketahui dulu 5 fakta ini:

BACA JUGA:  Awas! Pesawat Pertamina Cari Potensi Hidrokarbon di Jambi

1. Solusi limbah pelepah

Karena mengandalkan pinang sebagai sumber pendapatan, perkebunan pohon pinang memang mendominasi area tersebut. Di satu sisi, pinang bisa menopang ekonomi masyarakat.

Namun, di sisi lain, sampah dari pelepah pinang luar biasa banyak. Jika pelepah itu dibiarkan berserakan di perkebunan dan kemudian mengering, saat musim kemarau sampah pelepah itu jadi mudah terbakar. Hal ini berbahaya karena bisa memicu kebakaran lahan.

Untuk membuat piring, pelepah pinang yang baru jatuh sekitar satu-dua hari diambil, lalu dicuci dengan sabun pencuci piring yang aman untuk bahan makanan, dijemur selama kurang lebih 3 – 4 jam.

Setelah pelepah kering, piring dicetak dengan alat mesin molding hot press dengan suhu 120 derajat celcius. Satu menit kemudian, piring sudah siap digunakan. 

Dalam proses pembuatannya, perajin tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Piringnya pun lebih kokoh daripada piring kertas, karena pelepah pinang memang tebal dan berlapis lilin. Pengeringannya mengandalkan sinar matahari.

2. Bisa dipakai ulang

Konsep piring ini memang bukan satu kali pakai. Artinya, konsumen bisa menggunakannya berulang hingga maksimal 8 kali. Karena itu, piring pelepah pinang bisa menggeser posisi styrofoam. 

“Namun, hal ini juga tergantung pada proses pencucian. Kalau piring direndam, kemungkinan besar serat piring akan melunak, karena air masuk ke celah-celah piring, sehingga ia tidak lagi kokoh. Lebih baik dibasuh menggunakan air, tanpa direndam dahulu. Juga tidak perlu digosok terlalu keras dengan sabun,” kata Ayu, memberikan tip mencuci. 

Tidak hanya bisa digunakan untuk makanan yang kering, misalnya gorengan, kekuatan piring pelepah pinang juga serupa dengan styrofoam, yaitu bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso. Karena kokoh, piring atau mangkuk pelepah tidak akan mudah sobek. 

3. Harga terjangkau

Sejak mulai menekuni usaha piring pelepah pinang pada November 2020, hingga April 2021 kedua desa ini sudah menjual sekitar 400 buah piring secara total. Harga satu buah piring berkisar antara Rp5.000 – Rp6.000. 

Ayu menjelaskan, kalau piringnya dibentuk seperti styrofoam yang tertutup, artinya memerlukan dua buah piring pelepah yang kemudian ditangkupkan.

Itu berarti harganya bisa menjadi dua kali lipat. Harga ini masih terbilang murah, jika dibandingkan harga piring yang dipasarkan melalui toko online. Ayu pernah menemukan piring yang sama dijual seharga Rp16.000 di Bali. 

Sejauh ini piring tersebut baru dipasarkan di sekitar Jambi, belum meluas ke daerah lain. Robert Rudini, content creator yang juga konsultan traveling, menyarankan, agar bisa menjangkau konsumen di wilayah lain, ada baiknya dibuatkan konten di media sosial.

4. Corak cantik yang menarik

Piring yang dipasarkan kini tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Ada yang persegi panjang, ada juga yang bundar dalam diameter berbeda-beda. Dari segi warna, piring tersebut terbagi menjadi 3 grade, yaitu A, B, dan C. 

Grade A adalah piring nyaris tanpa corak atau polos, grade B adalah piring setengah bermotif, dan grade C adalah piring dengan banyak motif. 

5. Solusi ekonomi dan lingkungan

Dalam mengerjakan piring pelepah pinang ini, setiap desa memiliki rumah produksi. Lima belas orang dari tiap desa memproduksi piring secara swadaya.

Tugas mereka terbagi-bagi, Seperti perusahaan kecil, ada yang bekerja di bagian produksi untuk mencetak pelepah, dan ada yang bertanggung jawab di bagian pemasaran.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co