Jangan Sepelekan Peringatan Dini BMKG Soal La Nina - Bisa Valid

30 Oktober 2021 17:10

GenPI.co - Peringatan dini BMKG soal La Nina bisa bikin gelisah. Mohon jangan sepelekan ramalan BMKG. Isinya bisa sangat valid.

Ini bukan untuk menakut-nakuti. Ramalan BMKG itu dimaksudkan agar semua lini waspada.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah meminta BPBD di 34 provinsi untuk mengambil langkah kesiapsiagaan menghadapi fenomena La Nina ini.

BACA JUGA:  

Hal ini bertujuan untuk mencegah maupun menghindari dampak buruk bahaya hidrometeorologi.

Kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat ini merujuk pada informasi BMKG mengenai potensi La Nina di Indonesia yang dapat terjadi pada periode Oktober 2021 hingga Februari 2022.

BACA JUGA:  Ancaman La Nina Sangat Dekat, Jakarta Bersiap dari Hulu ke Hilir

Fenomena tersebut merupakan anomali iklim global yang dapat memicu peningkatan curah hujan.

“Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina tahun 2020 menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia hingga 20 persen sampai dengan 70 persen dari kondisi normalnya,” pesan Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi dalam surat edaran pada Jumat lalu (20/10).

BACA JUGA:  BMKG Keluarkan Tanda Bahaya Soal Badai La Nina, Ini Daerahnya

Kesiapsiagaan tidak hanya pada sisi pemerintah atau pun aparatur di tingkat kecamatan dan desa, tetapi juga masyarakat.

Prasinta menekankan perlunya dukungan BPBD untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana.

Dia juga mengharapkan BPBD untuk melibatkan masyarakat dalam pengaktifan tim siaga bencana.

BMKG juga telah meminta agar peringatan dini tentang kemunculan La Nina tidak disepelekan begitu saja.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan, peringatan dini yang disampaikan bukanlah untuk menakut-nakuti masyarakat.

Hal itu disampaikan Dwikorita saat Rakornas untuk mengantisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi La Nina dan potensi bencana hidrometeorologi, Jumat (29/10/2021).

"Peringatan dini yang dikeluarkan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan jeda waktu yang bisa dimanfaatkan utnuk mempersiapkan segala sesuatunya, mengingat fenomena cuaca dan iklim bisa diprakirakan," ujar Dwikorita, dilansir laman BMKG.

Jika melihat kejadian La Nina 2020, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Januari.

Ini terjadi terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.

Untuk La Nina tahun ini, Dwikoritamemprediksi relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya.

BMKG juga telah memprakirakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode musim hujan mulai Oktober 2021, meliputi Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara,  Jambi bagian barat, Sumatra Selatan bagian tenggara.

Ada juga Bangka Belitung, Banten bagian barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, Sebagian DI Yogyakarta, Sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara.

Sebelumnya, BMKG telah menyampaikan Peringatan Dini untuk waspada terhadap datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang menjadi La Nina yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022.

Ancaman La Nina berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.

Dwikorita meminta Pemerintah Daerah serius menanggapi peringatan dini La Nina yang dikeluarkan BMKG guna meminimalisir dampak dan kerugian yang lebih besar.

"Mohon kepada daerah untuk tidak menyepelekan peringatan dini La Nina ini. Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan fokus pada penanggulangan pasca kejadian," ungkap Dwikorita.

Mitigasi yang komprehensif diyakini akan bisa menekan jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co