GenPI.co - Titimangsa Foundation dan Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan sebuah pementasan bertajuk Mereka yang Menunggu di Banda Naira.
Pementasan ke-52 yang diproduksi oleh Titimangsa Foundation ini layak untuk dinanti para pencinta seni dan teater.
Mereka Yang Menunggu di Banda Naira mengangkat kisah pertemuan empat tokoh pergerakan Indonesia, yaitu Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Iwa Koesoema Soemanteri di tanah pembuangan Banda Naira.
Meski ada dalam pengasingan, mereka tak gentar meneruskan perjuangan di bidang sosial dan pendidikan.
Di tengah perjuangannya selama berada di Banda Naira, Sjahrir terus diliputi perasaan gelisah karena terpisah dengan kekasih hatinya, Maria, yang berada di Belanda.
Sepercik kisah cinta tersebut menjadi bumbu di antara perjuangan-perjuangan para tokoh bangsa waktu itu dan pementasan ini menggambarkan hal tersebut dengan sangat apik.
Adapun, cerita ini diambil dari Novel “Bung Di Banda” yang dialih wahanakan oleh almarhum Gunawan Maryanto sebagai naskah lakon pementasan yang kemudian ditafsir ulang oleh Wawan Sofwan untuk pertunjukan Mereka Yang Menunggu Di Banda Naira.
Lakon ini akan dipentaskan pada Kamis, 25 November 2021 Pukul 20.00 WIB di Gedung Kesenian Jakarta.
Namun, dengan penonton yang masih terbatas dan protokol kesehatan ketat bagi penonton maupun tim produksi.
Selanjutnya, pementasan ini akan ditayangkan kembali secara virtual mulai Jumat, 17 Desember 2021 Pukul 19.00 WIB selama 6 bulan di kanal YouTube IndonesiaKaya.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan, di tengah pandemi, panggung seni pertunjukan Indonesia senantiasa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang ada, termasuk dengan menghadirkan pementasan secara virtual.
“Semoga pementasan ini dapat menjadi titik awal pulihnya dunia panggung seni pertunjukan,” kata Reni di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu (24/11).
Sementara itu, Founder Titimangsa Foundation dan produser Happy Salma juga mengatakan optimismenya terhadap dunia seni di tengah pandemi covid-19.
Menurutnya, pandemi justru membuatnya mampu melenturkan diri, beradaptasi, dan berkolaborasi dengan banyak pihak, serta membuka wawasan yang luar biasa untuk kerja kreatif.
“Pentas ini juga merupakan kenang-kenangan yang sangat berarti, yang dititipkan Gunawan Maryanto kepada kami. Beberapa waktu lalu, Dia telah pergi meninggalkan kita semua,” katanya.
Happy mengatakan, almarhum ketika berkarya selalu sepenuh hati dan energi itu akan terus dihidupkan dan diteruskan dalam setiap karya-karyanya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News