GenPI.co - Amukan Gunung Semeru sejak hari Sabtu (4/12) hingga hari Senin (6/12) ini membuat panik warga yang tinggal di lerengnya.
Seiring dengan karakteristik gunung di kawasan Lumajang yang makin terkuak terkuak, masyarakat pun ramai-ramai mengungsi.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), awan panas guguran merupakan ancaman khas Gunung Semeru.
Awan panas guguran pada hari Sabtu (4/12) berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung dan endapan dari material batuan bersuhu tinggi.
Awan panas itu bergerak ke arah lereng tenggara Gunung Semeru sejauh empat kilometer dari puncak atau dua kilometer dari ujung aliran lava.
Kemudian awan panas itu memasuki Sungai Kobokan dan berinteraksi dengan air beserta material lama dan mengalir sepanjang sungai itu.
Menurut pantauan, awan panas guguran masih terjadi hingga Minggu (5/12) namun dengan intensitas dan jarak luncur yang menurun.
Dalam konferensi pers yang digelar Minggu, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono menyampaikan peringatan perihal potensi hujan di kawasan kubah lava Gunung Semeru.
Kondisi ini dapat menyebabkan aliran lahar dingin yang bergerak ke arah selatan dan tenggara.
"Oleh karena itu untuk sementara memang sebaiknya tidak ada aktivitas di sana," katanya.
Dia mengingatkan bahwa area dalam radius satu kilometer dari puncak gunung tidak aman untuk beraktivitas.
Sementara area dalam radius lima kilometer dari daerah sobekan kawah yang akan berubah menjadi sungai menuju bawah, terutama di wilayah selatan dan tenggara Semeru.(ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News