GenPI.co - Beberapa waktu lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian virus corona baru Omicron sebagai varian yang menjadi perhatian.
Sejumlah negara di Eropa sudah tersebar oleh varian baru ini.
Menurut para ilmuwan virus Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi.
Bukti awal menunjukkan bahwa orang yang sebelumnya pulih dari Covid-19 mungkin memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi dengan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Sedangkan, menurut Ahli patologi klinik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan belum adanya laporan varian Omicron masuk ke Indonesia karena belum terdeteksi.
“Tapi bukan berarti pasti tidak ada, tapi yang jelas belum ada laporan deteksinya dalam laporan saya sebelumnya,” kata dia dalam keterangan pers-nya, Kamis (9/12).
Dia menjelaskan bahwa memang tidak ada data akurat yang mendekati dugaan Omicron masuk ke Indonesia, karena jumlah tes yang dilakukan di Indonesia masih kurang.
Tonang mengatakan prevalensi antibodi—dari infeksi alami, vaksinasi maupun hybrid infeksi-vaksinasi—diestimasi udah relatif tinggi setelah melewati Juli kemarin.
Selain itu, angka cakupan vaksinasi juga sudah di angka 36,37 persen dari seluruh penduduk mendapat dua dosis.
Jika kecepatan pertambahan ini bertahan sampai akhir Desember, maka akan mencapai setidaknya 42 persen penduduk sudah mendapat dua kali dosis, targetnya minimal 40 persen di akhir 2021.
Menurut Tonang, dengan tetap mempertahankan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) yang disiplin, ini bisa menjadi bekal berharga untuk melawan gempuran Omicron.
Alasannya, karena yang terkena cenderung ringan, juga penyebarannya tidak leluasa karena sudah banyak yang memiliki antibodi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News