Menguak Toxic Masculinity dan Dampaknya di Lingkungan Perusahaan

17 Maret 2022 15:20

GenPI.co - Toxic masculinity sesungguhnya kontra produktif terhadap operasional perusahaan dan harus dibenahi. Toxic masculinity sendiri adalah anggapan mengenai perilaku laki-laki yang terbentuk oleh masyarakat atau sosial. 

Maya Juwita, Direktur Eksekutif, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) mengatakan, toxic masculinity ini merupakan anggapan yang salah kaprah tentang bagaimana seorang laki-laki harus bersikap.

“Seperti misalnya anggapan di masyarakat bahwa laki-laki tidak boleh menangis. Tentu anggapan tradisional maskulinitas seperti ini bisa mendorong perilaku negatif di tempat kerja,” ujar Maya dalam keterangan resminya, Kamis (17/3). 

BACA JUGA:  Senior di Kantor Sangat Toxic, Apa yang Harus Saya Lakukan?

Dampak dari toxic masculinity adalah adopsi perilaku negatif pada laki-laki yang berbahaya bagi perempuan, masyarakat maupun laki-laki itu sendiri.

Bentuk adopsi perilaku negatif ini bisa berupa tampilan dominasi yang tidak diinginkan, pengambilan risiko yang tidak bertanggung jawab dan kebencian terhadap perempuan.

BACA JUGA:  Hilangkan 5 Kebiasaan Toxic ini Saat Bangun Pagi

Lebih lagi, perilaku bias yang negatif ini bisa tertanam dalam bawah sadarnya. 

Chief Human Resources Officer FWD Insurance Indonesia, Rudy Manik menambahkan, tantangannya adalah terkadang laki-laki terperangkap dalam situasi di mana mereka harus memenuhi tuntutan yang harus dicapai, sehingga menimbulkan perilaku toxic masculinity.

“Kita tentukan dahulu perilaku apa yang harus ditampilkan, baik pada saat berinteraksi, berkompetisi, dan penyampaian target kinerja, dan itu semua dimulai dari atas,” tambah Rudy.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Indra Gunawan mengatakan, masih banyak tantangan yang dihadapi terutama untuk menghilangkan batasan-batasan norma sosial budaya yang bisa menghambat perempuan.

“Kita juga perlu banyak belajar dan berproses untuk memahami isu-isu gender serta kebutuhan perempuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang setara,” ungkapnya. 

IBCWE meluncurkan hasil survei mengenai Toxic Masculinity yang dilakukan pada bulan Februari 2022 guna memotret peran maskulinitas salah kaprah dalam dinamika kesetaraan gender di tempat kerja.

Peluncuran hasil survei ini dilakukan dalam kegiatan memperingati Hari Perempuan Internasional pada 11 Maret 2022 yang bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), berkolaborasi dengan FWD Insurance Indonesia, dan dukungan dari PT Bank BTPN, L'Oréal Indonesia, serta Pemerintah Australia melalui program Investing in Women.  

Survey ini memetakan 10 toxic masculinity yang ada di dunia kerja di Indonesia dan kebanyakan responden setuju dengan adanya maskulinitas salah kaprah ini.

Hasil temuan survei ini menyatakan bahwa sebanyak 91 persen responden tidak setuju apabila laki-laki tidak memerlukan teman curhat, lalu diikuti oleh 88 persen yang tidak setuju kalau laki-laki tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, lalu laki-laki harus lebih dominan dari perempuan dalam segala hal sebanyak 80%.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co