Sempat Mati Suri, Toko Oleh-oleh Haji & Umrah Kembali Menggeliat

24 Mei 2022 20:35

GenPI.co - Pemberangkatan jemaah haji Indonesia yang sempat ditutup sampai dua tahun, kini kembali dibuka. Hal ini berdampak besar bagi usaha oleh-oleh haji dan umrah di Kota Bandung.

Pemiik toko oleh-oleh haji dan umrah Toko Hasanah di Pasar Baru Bandung, Risma Febrian Safitri merasakan dampak pandemi bagi usahanya. Dia menjalani usaha ini sejak 2014.

Menurut Risma, yang paling riskan dari usahanya ini adalah makanan seperti kurma, kacang-kacangan, dan cokelat.

BACA JUGA:  Evaluasi Timnas Indonesia U23, Duo Persib Bandung Makin Gacor

"Makanan yang paling berdampak karena sepinya pembeli. Sampai banyak yang kedaluwarsa, akhirnya kita buang. Kurma juga kita jual murah jadinya, meski expired-nya masih lama," ungkap Risma di Bandung, Selasa (24/5/2022).

Akibatnya, omzet yang dia peroleh terjun bebas sampai berkurang 60 persen dari biasanya.

BACA JUGA:  Santap Iga Bakar Sijangkung di Bandung, Wisata Kuliner Lezat Pol!

"Tapi sekarang alhamdulillah sudah naik 80 persen. Mulai naik waktu bulan puasa. Banyak yang cari kurma, sarung, dan sajadah," tuturnya.

Untuk para jemaah haji dan umrah, Risma mengatakan, biasanya lebih mencari peralatan dan oleh-oleh dari tanah suci.

BACA JUGA:  Kebun Teh Rancabali di Bandung, Cocok untuk Healing

Oleh-oleh ini biasanya sudah dalam bentuk paketan kecil. Harganya mulai dari Rp 12.000. Risma menyebut pernah ada yang pesan sampai 1.000 paket untuk oleh-oleh dan pengajian sebelum berangkat haji.

"Isinya kacang, kurma, kismis, dan air zamzam. Biasanya mereka ingin ada tambahannya juga seperti tasbih atau pacar Arab. Itu biaya tambahannya paling Rp 1.000. Isinya juga bisa by request," jelasnya.

Barang-barang ini Risma peroleh impor dari Arab Saudi, Pakistan, dan Jakarta.

"(Barang) di sini tidak beda jauh dengan yang ada di Saudi. Makanya kami juga sering ingatkan ke pembeli. Kalau mau beli-beli di sana, cari saja yang tidak ada di sini," ucap Risma.

Senada dengan Risma, pemilik toko PD. Nizam Makmur, Pawindra Saputra juga mengalami hal yang sama. Selama lima tahun berjualan, kerugian akibat pandemi covid-19 dirasa sangat berat baginya.

"Saat awal pandemi, omzet turun sampai 70 persen. Mulai musim haji ini kita naik 60 persen," kata Pawindra.

Meski sudah mulai memasuki musim haji, tapi peserta haji masih belum yakin jika bisa berangkat. 

"Pas pandemi dua tahun ini, kita fokus ke jualan sajadah. Sajadah masih laris," ujarnya.

Saat penjualan sepi di masa pandemi covid-19, makanan-makanan yang masih layak, biasanya dibagikan ke masjid.

"Kalau yang sudah jelek kita kasih ke peternak kambing untuk pakan," ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co