GenPI.co - Para peneliti telah menemukan bukti bahwa rasa lelah secara mental karena berpikir keras adalah ilusi yang diciptakan otak untuk mencegah hal berbahaya terjadi.
Dilansir dari New18, Senin (15/8), hasil penelitian itu dilaporkan dalam laman Current Biology.
Dikatakan ketika kerja kognitif yang intens diperpanjang selama beberapa jam, hal itu menyebabkan produk sampingan yang berpotensi beracun menumpuk di bagian otak yang dikenal sebagai korteks prefrontal.
Ini pada gilirannya mengubah kendali atas keputusan, sehingga seseorang beralih ke tindakan yang tidak memerlukan usaha atau menunggu saat kelelahan kognitif terjadi.
“Teori-teori berpengaruh menyarankan bahwa kelelahan adalah semacam ilusi yang dibuat oleh otak untuk membuat kita menghentikan apa pun yang kita lakukan dan beralih ke aktivitas yang lebih memuaskan,” kata Mathias Pessiglione dari Universitas Pitie-Salpetriere di Paris, Prancis.
Namun, temuan peneliti menunjukkan bahwa kerja kognitif menghasilkan perubahan fungsional yang sebenarnya yakni akumulasi zat berbahaya.
“Sehingga kelelahan memang akan menjadi sinyal yang membuat kita berhenti bekerja tetapi untuk tujuan yang berbeda: untuk menjaga integritas fungsi otak," tambah dia
Pessiglione dan rekan termasuk penulis pertama studi Antonius Wiehler ingin memahami apa sebenarnya kelelahan mental.
Ketika mesin dapat menghitung terus menerus, otak tidak bisa. Mereka ingin mencari tahu mengapa.
Mereka menduga alasannya berkaitan dengan kebutuhan untuk mendaur ulang zat yang berpotensi beracun yang muncul dari aktivitas saraf.
Untuk mencari bukti ini, mereka menggunakan spektroskopi resonansi magnetik (MRS) untuk memantau kimia otak selama hari kerja.
Mereka mengamati dua kelompok orang: mereka yang perlu berpikir keras dan mereka yang memiliki tugas kognitif yang relatif lebih mudah.
Mereka melihat tanda-tanda kelelahan, termasuk berkurangnya pelebaran pupil, hanya pada kelompok yang melakukan kerja keras.
Mereka yang berada dalam kelompok itu juga menunjukkan dalam pilihan mereka pergeseran ke arah aktivitas yang lebih mudah dengan penundaan singkat dengan sedikit usaha.
Secara kritis, mereka juga memiliki tingkat glutamat yang lebih tinggi di sinapsis korteks prefrontal otak.
Bersama dengan bukti sebelumnya, penulis mengatakan itu mendukung gagasan bahwa akumulasi glutamat membuat aktivasi lebih lanjut dari korteks prefrontal lebih mahal, sehingga kontrol kognitif lebih sulit setelah hari kerja yang berat secara mental.
Jadi, adakah cara mengatasi keterbatasan kemampuan otak kita untuk berpikir keras?
“Tidak juga, saya rasa. Saya akan menggunakan resep lama yang bagus: istirahat dan tidur! Ada bukti bagus bahwa glutamat dihilangkan dari sinapsis selama tidur,” kata Pessiglione. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News