GenPI.co - Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengeklaim enam pintu Stadion Kanjuruhan yang menjadi titik kumpul para suporter tidak dalam kondisi tidak terkunci pada Sabtu (1/10) lalu.
Namun, Dedi tidak menampik bahwa keenam pintu tersebut terlalu sempit sebagai jalan keluarnya suporter saat peristiwa tembakan gas air mata terjadi.
Dia juga menyebut Labfor Polri kini mulai mendalami keenam pintu tersebut lewat kamera pengawas (CCTV).
"Hari ini, Labfor masih mendalami enam titik CCTV karena hasil analisa sementara di sini titik jatuh korban cukup banyak" kata Dedi dalam keterangan pers, Selasa (4/10).
Adapun keenam pintu yang di dalami itu, di antaranya pintu 3, 9, 10, 11, 12, dan 13. Keenam pintu tersebut tidak dikunci, tetapi ukurannya memang kecil.
Dedi menyebut ratusan orang berusaha keluar lewat pintu itu saat insiden penyemprotan gas air mata. Namun, mereka banyak berjatuhan lantaran pintu itu hanya muat untuk dua orang.
"Itu masuk materi hasil labfor. Keenam titik (pintu, red) tidak ditutup, tetapi kapasitasnya hanya untuk dua orang. Namun, yang keluar ratusan. Himpit himpitan ini didalami," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pecah usai pendukung Arema memasuki lapangan karena kecewa tim yang dijagokannya kalah 3-2 melawan Persebaya.
Polisi pun meresponsnya dengan menembakkan gas air mata. Tak cuma terhadap pendukung yang memasuki lapangan, tetapi gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun penonton. Hal itu pun memicu terjadinya kepanikan.
Akibatnya, massa berlarian sambil berdesak-desakan menuju pintu keluar. Beberapa mengalami sesak napas dan terinjak-injak hingga meninggal dunia.
Adapun hingga saat ini, sebanyak 125 korban dinyatakan meninggal dunia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News