Mengintip Prosesi Naifeto Lale'an di Tapal Batas Negeri

29 Agustus 2018 16:42

Atapupu adalah suatu tempat di Kabupaten Belu, NTT.  Lokasinya di ujung negeri, bersisihan dengan Timor Leste. Masyarakatnya yang mayoritas beragama nasrani, hidup aman dan damai, meskipun berbatasan langsung negara tetangga.

Kekristenan di Atapupu sudah mengalami proses inkulturasi dengan kebudayaan setempat. Prosesnya sudah terjadi selama ratusan tahun. Jadi jangan heran jika segala sendi kehidupan masyarakat didasarkan pada ajaran-ajaran Kristiani. Begitu pula dengan kearifan lokalnya.

Pada 25 Juli 2018 -1 Agustus 2018 lalu, umat Paroki Gereja Katolik Stella Maris, Atapupu menyelenggarakan Prosesi Naifeto Lale’an. Dalam bahasa Indonesia, Naifeto Lale’an sediri berarti Bunda Surgawi – sebuah manifestasi dari Maria Ibu Yesus.

Dalam prosesi tersebut, patung Bunda Maria diarak mengelilingi paroki. Digelar ke-6 kalinya, prosesi ini sekaligus memperingati berdirinya Paroki Stella Maris Atapupu yg ke-135 Tahun.

Dalam hierarki Gereja Katolik, paroki merupakan komunitas umat beriman yang dibentuk secara tetap. Komunitas tersebut diam dalam batas-batas kewilayahan tertentu dalam Keuskupan.

Prosesi ini sekaligus memperingati berdirinya Paroki Stella Maris Atapupu yg ke-135 Tahun itu berlangsung hikmat. Ribuan masyarakat Atappupu berpartisipasi. Hari pertama Naifeto Lale’an mengunjungi setiap kapel/stasi yang berada di paroki itu. Perarakan tersebut berlangsung hingga enam hari.

Ada enam titik yang disinggahi Patung Bunda Maria dalam perjalanannya itu. Tempat-tempat tersebut adalah Silawan, Seroja, Kenebibi, Fatuketi dan Lakafehan, Pelabuhan Teluk Gurita dan kembali ke Paroki dengan melalui jalur laut.

Di tanggal 31 Juli, Naifeto Lale’an dihantar ke titik terakhir yakni Teluk Gurita . Dari situ rombongan bergerak ke Atapupu menggunakan perahu. Perjalanan melewati jalur laut itu didampingi ratusan perahu nelayan keluarga besar Stella Maris. Setelah tiba, patung kemudian ditahtakan kembali di dalam Gereja Stella Maris Atapupu.

Bagi masyarakat Atapupu, prosesi Naifeto Lale’an memiliki arti yang mendalam. Selain memperkokoh iman dan persaudaraan kristiani masyarakat di Atapupu, prosesi ini juga sebagai tonggak sejarah kekatolikan dan sejarah keselamatan umat nasrani di Atapupu.

Prosesi ini juga untuk mengenang kembali kedatangan para Misionaris ke tanah Atapupu, Timor Barat. Para Imam Jesuit  membawa Salib, Kitab Suci, dan Patung Bunda Perawan Maria, yang dikenal juga dengan sebutan ‘Triharta Iman’.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co