GenPI.co - Universitas Gadjah Mada (UGM) memastikan tidak ada mahasiswa yang putus kuliah karena terkendala biaya.
“Belum pernah ada cerita mahasiswa DO (dropout) karena tidak mampu membayar UKT (uang kuliah tunggal),” kata Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM Supriyadi, Rabu (8/2).
Dia menjelaskan pihaknya selalu berkomitmen membantu mahasiswa yang latar belakang ekonominya kurang bagus.
Selama ini, lebih dari 90 persen mahasiswa UGM membayar kuliah per semester dengan besaran UKT yang sudah disubsidi.
Menurut Supriyadi, break even point (BEP) tercapai ketika KT sama dengan biaya kuliah tunggal (BKT).
“Kalau kita melihat profil mahasiswa UGM, UKT yang paling tinggi, yaitu UKT 8, besarannya ada yang sama dengan BKT,” tutur Supriyadi.
Supriyadi menuturkan hanya ada 9,2 persen mahasiswa UGM yang mendapatkan UKT tertinggi.
“Kami sudah melakukan subsidi agar pendidikan bisa terselesaikan dengan baik,” terang Supriyadi.
Menurut Supriyadi, sekitar 20 persen mahasiswa UGM adalah penerima UKT 0, 1, dan 2.
Dia menjelaskan para mahasiswa itu membayar biaya kuliah Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per semester.
“Jika di program studi tersebut BKT-nya Rp 9 juta dan mahasiswa hanya membayar Rp 500 ribu, berarti subsidinya sebesar Rp 8,5 juta,” kata Supriyadi. (ugm)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News