Soroti Kasus Mario Dandy, Praktisi Singgung Lemahnya Pendidikan di Level Keluarga

12 Mei 2023 22:20

GenPI.co - Kasus Mario Dandy Satriyo, anak seorang pejabat di kantor pajak yang menganiaya Cristalino David Ozora Latumahina hingga koma telah menyita perhatian publik dalam waktu belakangan ini.

Belum berakhir kasus ini, muncul lagi kasus serupa yang melibatkan keluarga pejabat. Adalah Aditya Hasibuan yang merupakan anak AKBP Achiruddin Hasibuan, perwira polisi di Polda Sumatera Utara (Sumut) yang menganiaya Ken Admiral. Parahnya lagi, penganiayaan disaksikan dan dibiarkan oleh sang ayah.

Melihat fenomena itu, Sekolah Putra Pertiwi, salah satu sekolah unggulan di Tangerang Selatan, provinsi Banten, menyebut hal itu berkaitan dengan pendidikan karakter anak.

BACA JUGA:  Agnes Gracia Ngotot Dilecehkan, Mario Dandy Satriyo Aniaya David Ozora

Praktisi pendidikan Dr Novianty Elizabeth Ayuna, SH, MPd mengatakan, idealnya pendidikan itu berlangsung di tiga sentra, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. 

''Pemerintah melalui Kemendikbud hingga saat ini telah berusaha mengembangkan berbagai moda pembelajaran karakter termasuk membentuk satu unit khusus untuk itu,” ujar Kepala Sekolah Putra Pertiwi ini dalam keterangan resminya, Jumat (12/5).

BACA JUGA:  Ortu Stroke, Agnes Gracia Pacar Mario Dandy Satriyo Divonis 3,6 Tahun

Novianty yang juga dosen di sebuah perguruan tinggi swasta itu membahas mengenai peran serta keluarga dan orang tua dalam proses tumbuh kembang anak terutama dalam permasalah pembentukan karakter.

“Kedua kasus perundungan yg terjadi di Jakarta dan Medan menunjukkan dengan sangat jelas tentang kegagalan pendidikan oleh keluarga,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Pengobatan David Ozora Rp 1,2 M, Keluarga Mario Dandy Satriyo Belum Bantu

Dirinya menambahkan, kedua kasus itu membuktikan betapa kurangnya kesempatan anak berkumpul dengan orang tua membangun keluarga sebagai miniatur masyarakat yang damai dan menerapkan nilai-nilai sosial yang positif.

Menurutnya, keluarga yang lebih mengedepankan hidup mewah, anak dididik dengan suasana material listik yang justru kontraproduktif dalam menanamkan nilai sosial yang luhur.

“Demikian juga dengan kasus di Medan. Bahkan orang tua yang merupakan penegak hukum memfasilitasi bullying oleh anaknya. Sangat ironis,” jelasnya. 

Novianty melihat kelemahan pendidikan karakter bagi generasi muda disebabkan kurang berfungsinya sentra ketiga, yaitu masyarakat.

Salah satu peran masyarakat dalam pembentukan karakter yg menjadi jati diri bangsa adalah sikap keteladanan yang seharusnya diperlihatkan oleh tokoh tokoh masyarakat baik formal maupun informal.

“Sayangnya tidak banyak tokoh yang bisa dihadirkan sebagai teladan bagi generasi muda. Para tokoh justru banyak yg bertikai saling serang bahkan dengan menggunakan bahasa kurang santun dan menunjukan arogansi,” paparnya.

Novianty juga melihat perkembangan dunia media sosial yang tidak bisa dibendung, menjadikan generasi peserta didik dapat dengan mudah mendapatkan informasi hanya dengan mengakses melalui layar handphone atau gadget lainnya.

“Begitu pula sikap pamer kekayaan atau flexing yang dilakukan sejumlah tokoh, kalangan selebritas dan selebgram banyak ditiru oleh sebagian generasi muda,” tukas Novianty.

Sekolah Putra Pertiwi berinisiatif melakukan refleksi diri, khususnya para pendidik dan pembuat kebijakan tentang kurikulum di sekolah yang merupakan bagian dari sentra sekolah.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co