GenPI.co - Kebanyakan anak muda sangat khawatir terhadap perubahan iklim dan khawatir bahwa mereka tidak memiliki masa depan.
Para pendidik, pakar kesehatan mental, orang tua, dan aktivis lingkungan menawarkan strategi yang penuh harapan untuk membantu anak-anak dan remaja menavigasi respons emosional mereka yang kompleks terhadap krisis iklim.
Menyebarkan informasi ilmiah yang akurat tentang perubahan iklim dan melibatkan mereka dalam inisiatif partisipatif untuk mengatasi dampaknya dapat menumbuhkan pemahaman dan optimisme.
Yang juga penting adalah kesadaran di kalangan orang dewasa dalam hidup mereka bahwa anak-anak dan remaja mungkin bergulat dengan berbagai emosi yang memerlukan penanganan sensitif dan, dalam kasus tertentu, dukungan kesehatan mental profesional.
Selama setahun terakhir, komunitas global telah mengalami peristiwa cuaca buruk, seperti kebakaran hutan, banjir, kekeringan, angin topan, dan gelombang panas ekstrem.
Dilansir Psychology Today, peristiwa tersebut mengakibatkan kerugian fisik, hilangnya nyawa, dan trauma psikologis.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat telah mencatat bahwa anak-anak mungkin mengalami dampak kesehatan mental akibat badai besar, kebakaran hutan, dan kejadian ekstrem lainnya, yang diperkirakan akan meningkat akibat perubahan iklim.
Baik orang dewasa maupun anak-anak merasa tertekan dengan adanya perbedaan pandangan mengenai perubahan iklim.
Pandangan para ilmuwan iklim yang menyuarakan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan dan pandangan yang menyangkal bukti-bukti ilmiah.
Beberapa anak percaya bahwa orang dewasa perlu menanggapi permasalahan iklim dengan lebih serius.
Mayoritas generasi muda mengungkapkan "kekhawatiran ekstrem" terhadap perubahan iklim dan mungkin merasakan masa depan yang suram atau kehancuran umat manusia.
Istilah-istilah seperti "kecemasan lingkungan" dan "kecemasan iklim" muncul untuk menggambarkan tekanan ini. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News