GenPI.co - Banyak negara berjibaku dengan masalah individu yang bekerja terlalu keras. Hal ini memunculkan implikasi sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Prevalensi kerja berlebihan biasanya ditandai dengan jam kerja yang panjang, terbatasnya keseimbangan kehidupan kerja atau work life balance, dan budaya dedikasi yang tiada henti.
Dilansir Times of India, berikut sejumlah negara yang menarik perhatian krena tingginya angka warga bekerja terlalu keras.
Negara ini termasuk negara yang paling banyak bekerja dengan rata-rata jam kerja tahunan di sini adlaah 2.148. Sekitar 28.7 persen karyawan di Meksiko bekerja lebih dar 50 jam per minggu.
Warga Korea Selatan bekerja selama 1.993 jam per tahun. Negara ini memiliki budaya kerja yang kuat.
Bukan hal aneh bagi karyawannya untuk bekerja dengan jam kerja yang diperpanjang, sehingga menimbulkan kecemasan akan stres dan masalah kesehatan lainnya.
Sebagai tanggapan, pemerintah telah memulai kebijakan untuk mendorong keseimbangan kehidupan kerja.
Pada 2018, Pemerintah Korea Selatan berupaya mengurangi waktu kerja per minggu dari 68 jam menjadi 40 jam.
Jepang terkenal dengan budaya kerja berlebihan yang disebut sebagai "karoshi".
Banyak karyawan di Jepang bekerja dengan jam kerja yang terlalu panjang, bahkan melebihi standar kerja 40 jam dalam seminggu.
Etos kerja yang intens ini memunculkan masalah kesehatan dan pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Amerika Serikat terkenal dengan etos kerja yang kuat dan budaya yang terkadang mengutamakan jam kerja yang panjang.
Adanya ketidakamanan pekerjaan, pasar kerja yang kompetitif, dan kurangnya cuti berkontribusi besar terhadap populasi yang bekerja terlalu keras.
China mempunyai reputasi memiliki budaya kerja yang ketat dengan sebagian besar bekerja dengan jam kerja yang panjang.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah menyebabkan peningkatan tekanan dan ekspektasi kerja. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News