Yuk, Kupas Keunikan Wae Rebo

01 Maret 2018 10:14

Tempat wisata yang asyik adalah yang memberi kesan dalam ingatan. Lebih lagi jika Anda meninggalkan tempat itu dengan segudang pengetahuan baru. Jika ingin berwisata sembari akrab dengan khasanah budaya Indonesia yang eksotis dan filosofis, cobalah ke Wae Rebo.

Wae Rebo adalah nama sebuah desa tradisional di Kabupaten Manggarai. Di kalangan wisatawan mancanegara, tempat ini sangat akrab di telinga. Struktur sumah adat di Wae Rebo menyerupai rumah-rumah hobit bukan satu-satunya alasan mereka. Desa ini luput dari hingar-bingar perkembangan jaman, menjadikan para penduduknya memegang  teguh nilai filososif adat istiadat mereka.

Wae Rebo juga termasuk satu  dari beberapa desa tradisional  tertua di Indonesia dan mungkin juga dunia. Konon, desa itu telah bertahan selama 19 generasi.Itu berarti, usianya di atas 1000 tahun. Menarik, bukan?

Tempat ini tersembunyi diantara pengunungan yang hijau dan asri. Berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut, hawa di Wae Rebo begitu sejuk. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, desa ini diselimuti kabut pegunungan sehingga suasana terasa mistis. Itu sebabny banyak pula yang menjulukinya dengan sebutan desa di atas awan.

Di Wae Rebo, Anda akan menjumpai tujuh rumah/niang berbentuk kerucut yang mengitari sebuah pelataran besar. Niang-niang tersebut adalah Niang Gena Mandok, Niang Gena Jekong, Niang Gena Ndorom, Niang Gendang Maro, Niang Gena Pirong, Niang Gena Jintam, dan Niang Gena Maro. Yang paling besar adalah Niang Gendang Maro. Di rumah utama ini segala urusan adat dilaksanakan, termasuk ketika menerima tamu yang datang berkunjung.

Rumah tradisional di Wae Rebo dan di Manggarai pada umumnya tidak asal bangun. Anda nilai filosofis yang melatarinya. Bentuknya yang melingkar merupakan lambang persatuan dan harmonisasi dengan alam sekitar. Bangunan Niang Gendang memiliki tiga tingkatan utama. Kolong rumah melambangkan dunia orang mati. Sementara bagian tengah disebut lutur. Ini adalah sebuah ruangan luas dengan beberapa kamar kecil di sisi luarnya. Tempat ini merupakan ruangan utama untuk melaksanakan beragam aktifitas,  mulai dari upacara adat, bermusyawarah, tempat pembaringan jenazah hingga  tempat untuk menerima tamu.

Di tengah ruangan, berdiri tiang penyangga rumah yang disebut Siri Bongkok. Diyakini sebagai penopang utama kehidupan seluruh kampung, Siri Bongkok begitu dihormati. Pada tiang ini digantungkan benda-benda pusaka yang dimiliki kampung dan alat music tradisional seperti gong dan gendang. Siri bongkok juga merupakan tempat kehormatan bagi Tu’a Gendang, sebuatan bagi kepala adat di kampung. Pada saat aktifitas berlangsung di rumah itu, Tu’a adat mengambil tempat duduk di tengah dengan besandar pada tiang tersebut.

Tingkat ketiga pada rumah digunakan untuk menyimpan hasil panen. Pada tingkat tiga ini ini terdapat semacam altar suci yang disebut Hekang Kode sebagai tempat persembahan bagi leluhur.

Arsitektur rumah tradisional di Wae Rebo telah mendapat pengakuan internasional. Bahkan UNESCO sendiri memberikan Award of Excellence yang merupakan penghargaan tertinggi di bidang pelestarian warisan budaya. Pengakuan UNESCO ini setelah rumah tradisional menyingkirkan 42 kandidat lain dari 11 negara di Asia pasifik.

Akses yang Menantang

Lantaran begitu terpencil, mencapai tempat ini memang tidak mudah. Anda harus punya fisik kuat. Kalau tidak, bakal kepayahan. Dari Ruteng, ibukota kabupaten Manggarai, perjalanan dilakukan dengan menumpang mobil sewaan hingga ke desa Denge. Tipe jalannya berkelok-kelok lantaran melewati daerah pegunungan. Ingin uji nyali? Naiklah Oto Kol. Itu adalah sebutan  orang-orang Manggarai untuk kendaraan light truck yang ditambahkan bak kayu beratap di belakangnya. Tempat duduknya adala papan-pan kayu, karena itu tarifnya jauh lebih murah. Namun menumpang kendaraan ini akan terasa menyiksa bagi yang tidak biasa.

Tiba di Denge, perjalanan yang sebenarnya baru dimulai. Dari sini, Anda harus berjalan kaki sepanjang 7 kilometer yang ebagian besarnya adalah jalur pendakian. Medannya cukup berat karena itu waktu tempuhnya kurang lebih 3-4 jam. Gunakan alas kaki yang nyaman dan bawa barang secukupnya saja agar tidak tersiksa selama perjalanan.

Bagi yang tidak biasa berjalan jauh, menempuh jalur ke Wae Rebo ini memang terasa sangat berat. Ketimbang mengeluh, anggap saja Anda sedang berlatih kemampuan bertahan hidup di hutan. Nikmati pemandangan indah selama perjalanan untuk mengalihkan rasa penat. Pengorbanan Anda pasti akan terbayar begitu sampai di tujuan.

Sebelum memasuki kampung, Anda harus melakukan registrasi dahulu di sebuah pos. Petugas di tempat itu akan membunyikan gentong sebagai tanda tamu akan tiba. Dengan begitu, penduduk akan bersiap melakukan penyambutan secara adat. Dari pos ini, sudah terlihat jelas tujuh bangunan kerucut yang unik tiada duanya itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred
Wae Rebo   Manggarai   NTT   UNESCO   Desa Tertua   Terpencil  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co