Bandingkan Zaman SBY dengan Jokowi, Ini Kata Politikus...

31 Mei 2020 03:16

GenPI.co - Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik bersuara merespons dugaan ancaman teror yang terjadi pada dosen Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Ni'matul Huda. 

BACA JUGAMiliter India dan China Siap Perang di Perbatasan Himalaya

Ancaman itu terjadi karena ada rencana dosen itu memberikan materi diskusi bertema "Meneruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan" di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Rachland bersuara di twitter dengan akun @RachlandNashidik terkait dugaan kebebasan pers telah lebih dahulu di teror.

"Setelah Kebebasan Pers diteror, kini giliran Kebebasan Akademis? Dan Pak @jokowi masih belum merasa perlu menegur pendukungnya?," tweet-nya.

BACA JUGA: Takdirnya Sukses, Bulan Juni Zodiak Ini Tambah Tajir Melintir

Dalam tweet-nya, Rachland sekaligus menyertakan berita dengan judul 'Dekan FH UII: Guru Besar Hukum Tata Negara Kami Diteror!'. Tweet-nya dilakukan pada Jumat (29/5) malam hingga Sabtu (30/5).

Tidak hanya itu, kader partai Demokrat tersebut menceritakan soal kebebasan pada era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebab, tidak ada teror kepada aktivis.

"Dulu ada gerakan massa terorganisir (mulai 2007 hingga 2011) usung isyu "Cabut Mandat SBY". Tapi tak ada aktivisnya yang diteror, apalagi dibui," tweet-nya.

Memang, Rachland kembali mengingatkan bahwa berpendapat memang sah-sah saja. Walaupun soal membahas presiden perlu diganti ataupun tidak.

BACA JUGA: Diusir China, Kapal Perang Amerika Serikat Tanpa Perlawanan

"Berpendapat Presiden perlu mundur atau diganti, tak boleh dipidana. Apalagi bila kebebasan berpendapat itu disuarakan mimbar akademis," tulisnya.

Rachland bersuara ketika SBY menghadapi gerakan massa " Cabut Mandat SBY" tidak diam saja. Sebab, menyerang legitimasi gerakan itu dengan mengecamkan inkonstitusional.

"Presiden SBY dulu tak diam saja menghadapi gerakan massa "Cabut Mandat SBY". Ia menyerang legitimasi gerakan dengan mengecamnya inkonstitusional. Pak Jokowi kebanyakan diam saja bila dikritik. Tapi dia biarkan pendukung dan aparatnya di bawah meneror bahkan memidana suara kritis," jelas tweet-nya.

Terkait tweet-nya tersebut Rachland memang mendapatkan beragam komentar dari warganet. Salah satunya ada akun mengingatkan bersikap kritis seharusnya seperti ekonom Faisal Basri.

"Yang mane yg kritis bang Kumis. Yg kritis tuh Faisal Basri, dg data dan debatable," tweet akun @CeciliaSuwanda1.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co