Saat Aku Bertaruh Nyawa, Suamiku Malah Selingkuh 

05 November 2020 07:51

GenPI.co - Kisah buruk ini aku alami satu tahun lalu. Saat itu, aku sedang menanti kelahiran anak pertamaku dengan Mas Heru. 

Aku memilih untuk menunggu kelahiran anak pertamaku di rumah sakit. Hal ini aku lakukan karena jarak rumahku ke rumah sakit cukup jauh.

BACA JUGAShio Penuh Hoki dan Rezeki, Keberuntungan Datang Tanpa Diduga

Aku juga tak ingin anakku kenapa-kenapa saat perjalanan menuju rumah sakit. Dokter juga lebih menyarankanku untuk standby di rumah sakit daripada di rumah. 

Di sini aku tak sendiri, ada ibu dan adik perempuan yang menemaniku. Sedangkan Mas Heru baru menemaniku saat malam. 

Mas Heru memang tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Jadi ia tak bisa selalu berada di sampingku saat masa-masa genting seperti saat ini. 

BACA JUGA: Tak Percaya Ramalan, 6 Zodiak Malah Banjir Rezeki Ajaib

Namun, aku tak mempermasalahkan hal itu. Toh, semua ini untuk kepentingan kami bersama. 

Suatu hari, saat aku memanggil Mas Heru untuk membelikanku makanan, ia justru asyik bermain telepon. Bahkan, dipanggilan ketiga ia baru menoleh dan menghampiriku. 

Katanya, ia tak mendengar suaraku karena sedang asyik bermain game. Aku pun tak terlalu mempermasalahkan hal itu. 

BACA JUGA: 4 Zodiak Hoki Banget, Rezekinya Tak Putus Hingga Akhir Tahun

Namun, makin aku perhatikan, Mas Heru makin asyik dengan teleponnya. Bahkan, ia mulai senyum-senyum sendiri saat memandangi layar teleponnya. 

"Lagi ngapain sih senyum-senyum sendiri?" tanyaku. 

"Ini, teman kantor kirim video lucu di grup," jawab Mas Heru sambil tersenyum. 

Tak ingin mengambil pusing, aku akhirnya tak membahas hal itu lagi. Dokter juga menyarankan aku agar tidak terlalu banyak berpikir agar tidak stres. 

Di hari kelima di rumah sakit, perutku mulai terasa sangat sakit. Sungguh, aku sudah tak bisa menahannya lagi. 

Mengetahui aku sedang kesakitan, Ibuku langsung memanggil dokter. Saat datang, dokter dan perawat langsung membawaku ke ruangan bersalin. 

Saat menuju ke ruangan bersalin, aku meminta Ibuku untuk menelepon Mas Heru. Aku ingin Mas Heru ada di sampingku saat ini. 

Aku pun memasuki ruang bersalin. Sungguh, aku merasakan sakit yang sangat luar biasa. 

Aku berusaha sekuat tenaga agar anakku bisa lahir ke dunia dengan normal. Setelah berusaha sangat keras, dan menahan sakit yang sangat luar biasa, buah hatiku akhirnya lahir juga di dunia. 

Saat perawat memperlihatkan mata buah hatiku, aku sangat lega dan aku langsung tertidur. Saat bangun, akun sudah berada di ruanganku sebelumnya. 

Aku mencari-cari Mas Heru, tapi kata Ibu ia tak bisa dihubungi dan adikku sudah berusaha untuk mencarinya. Namun, kata teman kantornya, Mas Heru sudah 2 hari tidak masuk ke kantor. 

"Teman kantornya bilang, Mas Heru sudah 2 hari tidak masuk kerja. Ia mendapat izin libur dari bosnya untuk menemani istrinya melahirkan," kata adikku. 

Mendengar hal itu, aku langsung syok. Lalu, ke mana Mas Heru saat ini? Kenapa ia tak ada di saat penting, saat aku sedang berjuang untuk melahirkan anaknya? 

Setelah menunggu beberapa lama, Mas Heru akhirnya datang juga. Tanpa rasa bersalah, ia langsung memelukku. 

"Kamu dari mana mas?" tanyaku. 

"Ada urusan kantor yang nggak bisa ditinggal," jawabnya. 

Mas Heru belum menyadari bahwa aku sudah tahu ia tidak masuk kantor selama 2 hari. Aku pun hanya bisa diam dan memendam. 

Setelah beberapa hari, aku pun akhirnya diperbolehkan pulang. Hari-hari selanjutnya aku jalani dengan sangat bahagia.

Hingga pada akhirnya, ada seorang perempuan cantik yang datang ke rumahku. Ia mengaku sebagai teman kantor Mas Heru. 

Saat aku tanya ada keperluan apa, ia tampak bingung dan berusaha mencari-cari alasan. Namun, karena Mas Heru tak ada di rumah, ia langsung pamit pulang. 

Saat perempuan tersebut pulang, ponselnya ternyata terjatuh di depan rumahku. Aku baru menyadari setelah perempuan tersebut naik taksi. 

Entah apa yang merasuki pikiranku. Aku punya niat buruk untuk membuka ponsel tersebut.

Setelah berdebat dengan batinku sendiri, akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka ponsel tersebut. Kebetulan, ponselnya juga tak terkunci. 

Pandanganku langsung tertuju pada galeri foto miliknya. 

Setelah aku buka, betapa kagetnya aku, aku melihat foto perempuan tersebut sedang berpelukan dengan Mas Heru di kamar hotel. 

Hal yang membuatku makin sakit adalah, foto tersebut diambil tepat pada hari kelahiran anakku. 

Ternyata ini yang membuat Mas Heru tak ada di sampingku saat aku melahirkan dahulu. 

Air mataku tiba-tiba mengalir deras. Aku tak kuat menahan rasa sakit yang begitu dalam. 

Tanpa pikir panjang, aku langsung pergi meninggalkan rumah. Aku pergi menuju rumah Ibuku. 

Malam harinya, Mas Heru datang ke rumah Ibuku. Namun, aku tak mau menemuinya, bahkan aku memintanya untuk tak usah menemuiku lagi. 

Setelah satu tahun terlewati, aku belum juga mampu memaafkannya. Saat ini, aku sudah terbiasa hidup tanpa sosok Mas Heru.(*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co