Perempuan Cantik ini Tak Hanya Mencuri Hatiku, Tapi...

26 Februari 2021 01:20

GenPI.co - Menjadi seorang juru parkir minimarket itu memang gampang-gampang susah.

Rejeki memang datang menghampiri dari para pengendara motor dan mobil yang hendak berbelanja. Namun, ada masa ketika tak ada satupun orang yang berbelanja di toko ini.

BACA JUGA: Demi Hidup Bersama Selingkuhannya, Suamiku Pura-pura Mati

Apalagi, sekarang dibangun minimarket lain yang kata orang-orang harganya lebih murah Rp 200 sama Rp 300.

Di depan minimarket itu juga ada tukang martabak gerobakan yang katanya enak. Sementara itu, di wilayah parkir minimarket tempatku hanya ada satu penjual gorengan gerobakan.

Ya, dagangannya dia bikin ramai juga, tapi tidak sampai antri-antri kayak tukang martabak di sebelah.

Hal itu juga jadi faktor yang buat parkiran minimarket tempatku makin sepi.

Tak jarang pula, para pengendara motor dan mobil tidak mau bayar parkir. Mereka langsung tancap gas tanpa membayar.

Padahal, pintu kaca mobil atau jok belakang motornya sudah aku pukul berkali-kali. Namun, tetap saja mereka pura-pura tidak tahu kalau biar tidak bayar parkir.

BACA JUGA: Penjaga Perpustakaan Tampan, Di Balik Rak Buku Kami Saling...

Hari ini, matahari bersinar sangat terik. Aku berlindung di terpal tukang gorengan agar tidak kepanasan.

“Maaf, ye, nggak kena panas matahari, tapi kedapetan panas kompor,” kata Om Pong, si tukang gorengan.

Situasi yang sulit membuat kami berteman akrab dengan mudah. Om Pong baru saja kehilangan istrinya dan harus membiayai ketiga anaknya yang masih duduk di bangku sekolah.

Lapangan parkir minimarket juga masih sepi, mungkin karena orang-orang belum banyak yang pulang kantor atau sekolah.

Tiba-tiba, seorang perempuan dengan sepeda motor datang. Sontak, aku langsung berdiri dan meniupkan peluit sembari menunjuk tempat parkir motor yang kosong.

“Sini, mbak, parkirnya,” teriakku.

Perempuan itu pun memarkirkan motornya di tempat yang aku tunjuk. Setelah mematikan mesin dan menurunkan standar motornya, dia pun membuka helm.

BACA JUGA: Suamiku Banjir Keringat dengan Janda di Ruang Bawah Tanah Rumah

Aku terpana melihat wajah manisnya. Saat helmnya dibuka, rambut hitam panjangnya langsung turun dan tergerai sampai ke punggung.

Bibirnya yang mungil dan tipis terlihat sangat menggemaskan. Mukanya bulat dan pipinya tembem. Ingin rasanya kucubit saking gemasnya.

Dia membawa tas selempang dan jaket berukuran lebih besar dari badannya. Jaketnya yang kebesaran itu membuatnya terlihat sangat lucu, karena badannya memang tak terlalu tinggi

Aku masih berdiri di tempat yang sama memperhatikannya masuk ke dalam mini market. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya di bawah tenda Om Pong.

Akhirnya, dia pun keluar membawa satu tas belanjaan. Aku pun berdiri dari tempat duduk dan menghampirinya.

“Ini mas, uang parkirnya,” ujarnya sambil menyerahkan uang Rp 2000. Suaranya sangat lembut membuatku panas dingin di siang bolong.

Saat mengambil uangnya, aku tak sengaja menyentuh tangan sang perempuan cantik yang halus. Rasanya ingin aku genggam dan kuselipkan jemariku di sela-sela jarinya.

Setelah itu, perempuan cantik itu akhirnya pun pergi. Aku langsung merasa hampa karena kepergiannya, walaupun kami baru saja bertemu.

BACA JUGA: Duh, Desah Suara Sopir Angkot ini Makin Bikin Aku Lemas

Tiba-tiba, penjaga kasir minimarket keluar dari pintu dan berteriak padaku dan Om Pong.

“Mas, itu tadi cewek nyolong barang di jaketnya. Perginya sudah jauh, ya?” kata si mbak kasir panik.

Aku dan Om Pong pun kebingungan. Aku merasa tertipu oleh paras rupawannya yang ternyata berhati busuk.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co