The New Normal dari Kacamata Keuangan

02 Juni 2020 16:20

GenPI.co - Pandemi covid-19 membuat terjadinya perubahan di berbagai aspek kehidupan termasuk kesehatan, sosial, dan ekonomi di Indonesia.

Para ahli menyebutkan pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya ini akan menimbulkan the new normal, yakni fase terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam beraktivitas, termasuk dalam hal keuangan.

BACA JUGA4 Cara Cerdas Melatih Anak Mengatur Keuangan

Berbagai perubahan mulai terlihat dari bagaimana masyarakat bertransaksi, kecenderungan untuk lebih memperhatikan nilai ketika membeli sebuah barang, serta pengelolaan keuangan dengan menetapkan skala prioritas.

Riset McKinsey terkait sentimen konsumen Indonesia menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas digital selama masa pandemi, dengan lebih dari 30% responden mengaku lebih sering memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memesan makanan secara online.

Selain itu, laporan McKinsey terkait dampak yang ditimbulkan dari covid-19 ini juga menyebutkan bahwa secara global adopsi teknologi digital pada  industri keuangan pun meningkat.

Di mana 73% masyarakat telah mencoba adopsi teknologi digital dalam 6 bulan terakhir, dengan 21% diantaranya merupakan pengguna baru.

Perubahan perilaku tersebut akan menggiring pada fase the new normal, yang menuntut masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut guna menjaga produktivitas dan keberlangsungan kehidupan. 

Rizal Monel, seorang wirausaha cucian motor 'Hidayah Steam Wash' di Purwakarta, Jawa Barat, juga harus beradaptasi terhadap kondisi saat ini.

Sebelum pandemi terjadi, usaha Rizal mampu melayani hingga 700-800 motor per bulan karena bantuan modal produktif dari fintech lending.

Namun, kini penurunan pendapatan tak terelakkan seiring dibatasinya gerak masyarakat. Selain beradaptasi pada kondisi tak menentu ini, Rizal mengakui bahwa penerapan pola keuangan yang baru juga harus diaplikasikan pada usahanya.

Karena adanya pandemi, Rizal harus memutar otak untuk dapat memanfaatkan pinjaman dari Kredivo berdasarkan prioritas.

"Kini, pinjaman yang ada saya alokasikan untuk memenuhi kebutuhan usaha saya lainnya, yaitu warung sembako, mengingat kebutuhan pokok masih menjadi hal yang  dibutuhkan di tengah pandemi ini," ujar Rizal saat membagikan ceritanya.

Namun, ia juga harus tetap menyisihkan keuntungan dari usaha warung tersebut untuk terus menghidupi keluarga, usaha steam motor, dan cita-citanya untuk bermanfaat bagi orang lain.

Dari sisi pelaku industri, McKinsey dalam laporannya menyebut setidaknya ada prinsip dasar yang perlu dilakukan saat memasuki masa the new normal yaitu memperhatikan perubahan perilaku konsumen, pola permintaan yang tidak dapat diprediksi, dan efisiensi operasional berdasarkan skala prioritas.

Menanggapi kondisi ini, Kredivo, sebagai fintech lending, juga melihat urgensi pada kemampuan beradaptasi terhadap the new normal, agar masyarakat serta pelaku industri dapat bertahan dan melewati krisis ini.

Alie Tan, CEO Kredivo Indonesia mengatakan, berdamai dengan covid-19 berarti masyarakat dan pelaku industri dapat beradaptasi dengan the new normal.

Kemampuan adaptasi yang agile dan solidaritas adalah kunci untuk melalui kondisi ini sekaligus menjaga keberlangsungan kehidupan serta usaha dalam jangka panjang.

BACA JUGA5 Kiat Mengelola Keuangan Bersama untuk Modal Nikah

"Di sisi lain, pelaku industri keuangan juga dituntut untuk terus berinovasi melalui teknologi, guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan transaksi digital yang semakin meningkat di masa pandemi ini," tuturnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co