GenPI.co - Jika selama ini kalangan pasar selalu mengaitkan pergerakan dolar AS dan emas yang umumnya berseberangan, kini sudah menggeser logam mulia dengan kripto.
Kalangan investor mulai bicara soal kripto dalam hal ini Bitcoin vs dolar AS dan bukan emas vs dolar.
Hal itu sejalan dengan kondisi saat posisi dolar terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB yang melemah.
Dolar tertekan saat kalangan investor fokus pada kenaikan harga komoditas yang bisa memacu inflasi, karena berpotensi mengerek berbagai macam harga sebagai imbasnya.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya berada di kisaran 93 pada Selasa (19/10).
Padahal indeks dolar mencapai tertinggi satu tahun terhadap sekeranjang mata uang lainnya pekan lalu, karena pelaku pasar saat itu makin yakin Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan menaikkan suku bunga lebih cepat.
Nah, di saat indeks dolar tertekan, kripto Bitcoin mencapai rekor tertinggi USD 67.017, sehari setelah ETF (exchange traded fund) atau Bitcoin berjangka pertama AS mulai diperdagangkan.
"Ketika berbicara tentang bank sentral, ada banyak perkiraan agresif di luar sana," kata Bipan Rai, Kepala Strategi Valas Amerika Utara CIBC Capital Markets di Toronto dilansir Antara.
Sementara itu, ahli strategi valas ING mengatakan dalam catatan klien bahwa penurunan dolar baru-baru ini dapat disebabkan oleh kombinasi pasar.
"Lingkungan risiko yang tidak berbahaya, di mana musim laporan laba AS yang kuat terus mengimbangi kekhawatiran inflasi atau pengetatan moneter.”
Untuk harga Bitcoin pada Kamis (21/10) pukul 14.14 WIB dilihat dari coinmarketcap, menguat 11,93 persen dalam sepekan terakhir menjadi USD 64.584. (*/ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News