Bitcoin Berdarah-darah, Ada Apa?

04 Desember 2021 11:35

GenPI.co - Mengakhiri 2021 keberuntungan tak berpihak pada Bitcoin. Aset kripto dengan nilai ratusan juta ini terseok-seok.

Dalam perdagangan bursa kripto sepanjang November, bitcoin berdarah-darah alias tanda merah. Sepertinya mata uang digital ini gagal penuhi target.

Dalam sebuah kesempatan, analisis PlanB diundang sebagai bintang tamu sebuah acara podcast yang dipandu oleh Stephan Livera.

BACA JUGA:  Koin Kripto Hari Ini, MATIC dan SOL Perkasa

Selama episode, PlanB menjelaskan bagaimana sang analisis memilih model prediksi yang diterapkan untuk harga Bitcoin di masa depan.

PlanB mengungkapkan, jika dia menggunakan 3 model sekaligus, yang terdiri dari S2F sebagai fundamental model, floor model untuk meraba-raba harganya, serta beberapa model on-chain lainnya.

BACA JUGA:  Koin Kripto Receh Meroket, Trader Kaya Mendadak

“Aku melihatnya sebagai sesuatu yang aneh. Harga Bitcoin akan tenggelam menjelang akhir tahun ini, prediksi floor model pun akan rusak.” Jelas sang analis.

Dia kemudian menambahkan, “Sepertinya itu adalah sinyal bagi saya dan investor bahwa sesuatu sedang terjadi, karena ini belum terjadi dalam 10 tahun terakhir.”.

BACA JUGA:  Kripto Cardano Cetak Rekor, Tetapi Harganya Tekor

Sementara para analis lain justru menyimpulkan, bahwa penurunan harga Bitcoin dalam beberapa minggu terakhir terjadi karena kehadiran token Omicron yang memiliki nama serupa dengan varian COVID-19 terbaru.

Token OMC dari jaringan Omicron naik hampir 1000% dalam waktu singkat karena banyak investor yang FOMO dan membelinya.

Ada juga berita dari The Fed yang mengumumkan akan mempercepat tapering untuk menekan angka inflasi di Amerika Serikat.

Setelah pidato itu diumumkan, Bitcoin alami penurunan drastis karena banyak investor yang memilih pergi dari jaringan.

Analis influencer crypto populer, Nicholas Merten, memberi tahu 485.000 subscribernya di YouTube, bahwa Bitcoin akan meroket dan keluar dengan harga memukau pada akhir Januari atau awal Februari.

Menurutnya, Bitcoin berpotensi mematahkan konsep expanding cycle, yang merupakan gagasan bahwa setiap pasar bull menjadi sedikit lebih lambat untuk alami kenaikan harga selanjutnya.

“Saya percaya Bitcoin akan keluar dari konsep itu dengan harga menembus USD 200.000. Tapi itu masih sebuah narasi yang sangat optimis di sini," katanya.

Merten juga menjelaskan, jika harga Bitcoin berkemungkinan juga untuk alami puncak harga pada maret 2022 sekitar USD 100.000 terlebih dulu, jika diamati dari grafik Logarithmic Growth Curves.

Namun, kapan pastinya aset kripto Bitcoin tersebut bisa menembus harga US 100.000, hanya waktu yang bisa menjawab. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co