GenPI.co - Aset kripto Ethereum (ETH) terus mencatatkan penurunan seiring sentimen pasar yang makin memburuk di pasar.
Imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang melonjak membuat investor ramai-ramai mengalihkan modalnya.
ETH yang merupakan aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua merosot ke level USD 2.970.
Realisasi harga itu merupakan level terendah sejak 24 Maret 2022.
Mata uang kripto tersebut juga anjlok lebih 16 persen dari level tertinggi bulan ini.
Tidak ada yang salah dengan pergerakan Ethereum. Transaksi dalam jaringannya cukup stabil dalam beberapa bulan terakhir.
Pada saat yang sama, transisi dari jaringan proof of work (PoW) ke proof of stake (PoS) sedang berlangsung.
Pengembang ETH juga mengumumkan shadow for mainnet pertama tengah berjalan dan diuji di dalam jaringan.
Secara umum, analis memperkirakan penggabungan ekosistem ETH yang sudah ada akan rampung pada Juni tahun ini.
Hal ini akan menjadi tanda dimulainya era ETH yang baru dalam memaksimalkan aplikasi yang dibangun di blockchain Ethereum.
Sementara itu, tren penurunan ETH lebih terkait dengan kondisi ekonomi makro.
Kinerja pasar obligasi yang menguat menandakan Federal Reserve (The Fed) akan terus mendorong suku bunga acuan lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Risalah The Fed yang dirilis pekan lalu menunjukkan banyak anggota lebih hawkish dalam menyikapi inflasi.
Data inflasi AS terbaru yang dirilis Selasa (12/4) akan menjadi pertimbangan The Fed dalam mengetatkan kebijakan moneternya.
Para ekonom memperkirakan inflasi AS memelesat menjadi 8,4 persen. Sementara itu, inflasi inti AS diperkirakan 6,6 persen.
Grafik harian menunjukkan, harga ETH berada dalam tren bearish yang kuat dalam beberapa hari terakhir.
Ethereum bergerak sedikit di bawah moving average (MA) 25 hari dan 50 hari, sementara relative strength index (RSI) melaju di bawah level oversold.
Degan demikian, banderol ETH akan melanjutkan penurunan dan bisa menyentuh level USD 2.650.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News