GenPI.co - Dalam dunia percintaan, sering kali terjadi hal-hal yang di luar akal sehat. Misalnya, seperti yang aku alami dua tahun lalu.
Saat itu, aku dan ayahku bersaing untuk mendapatkan seorang janda cantik.
Kisah itu berawal saat aku dan ayahku pergi menonton konser dangdut di desa sebelah.
Sesampainya di sana, aku memarkirkan motorku di sebelah warung kopi.
BACA JUGA: Aku Minta Cerai Karena Suami Main Judi
"Ron, kita ngopi dulu kali, ya?" kata ayah.
"Oke komandan," jawabku.
Saat ingin memesan kopi, ternyata penjualnya sangat cantik sekali.
Ayahku bahkan sampai tak berkedip melihatnya.
Ya, wajar saja, ayah memang sudah lama menjadi duda.
"Hayo! Lihat apa," tegasku.
"Ah kamu Ron, nggak bisa lihat orang seneng," jawab ayah.
Niat awal untuk menonton dangdut pun hilang, aku dan ayah akhirnya hanya duduk dan ngopi di warung itu.
Saat pulang, ayah mengaku tertarik dengan wanita penjual kopi di warung tadi.
Namun, aku pun merasakan hal yang sama dengan ayah.
"Oke, begini saja, kita bersaing?" tantang ayah.
Merasa tertantang, aku pun mengiyakan permintaan ayahku.
Aku dan ayah memang sangat akrab, bahkan kami sudah seperti dua sahabat yang saling mengerti.
Namun, hal itu tak mengurangi rasa hormatku kepadanya.
Setelah bersepakat untuk bersaing, kami pun langsung berusaha untuk mendekati wanita penjual kopi itu.
Singkat cerita, kami pun tahu kalau wanita itu berstatus janda beranak satu.
Namun, hal itu tak membuat semangatku dan ayah luntur untuk mendapatkannya.
"Ayah baru saja dapat nomornya," kata ayahku.
"Ketinggalan, Roni sudah dapat dari dua hari yang lalu," jawabku sambil tertawa.
Mendengar jawabanku, ayah pun makin semangat untuk bersaing denganku.
Makin hari, ayah makin sering mengunjungi warung kopi tersebut.
Hingga pada suatu hari, ayah berhasil mengajak wanita tersebut untuk makan malam di kota.
"Kali ini, kamu yang kalah. Ayah mau kencan dengannya," kata ayah meledekku.
"Ini mah Roni yang mengalah," jawabku sambil tertawa.
Singkat cerita hubungan ayah dengan wanita tersebut makin dekat.
Bahkan, mereka sudah sering saling menelepon di malam hari.
Melihat hal tersebut, aku pun jadi sangat senang.
Pasalnya, ayah sekarang terlihat lebih bahagia dan ceria.
"Ayah mau menikah dengan Sinta," kata ayah tiba-tiba.
"Sinta siapa?" tanyaku.
"Sinta, wanita penjual kopi di desa sebelah," jawabnya lagi.
Di sini, ayah baru tahu kalau aku tidak pernah berusaha untuk mendekati wanita tersebut.
Ya, aku memang hanya pura-pura mendekati wanita itu.
Hal itu aku lakukan untuk melihat seberapa serius ayah ingin mendapatkan wanita itu.
Tentunya, aku tak akan bersaing dengan ayahku sendiri untuk mendapatkan seorang wanita.
BACA JUGA: Semakin Bergetar Hebat, Istriku Malah Asyik Main Sendiri
"Jadi, kamu mengizinkan ayah untuk menikah dengannya?" tanya ayah.
"Iya, biar ayah ada yang mijitin lagi," kataku sambil tertawa.
Mendengar jawabanku, ayah pun ikut tertawa dan langsung memelukku.
Kini, ayah sudah menikah dengan wanita penjual kopi tersebut.
Hidup ayah pun kini terlihat makin menyenangkan dan penuh kebahagiaan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News