GenPI.co - Harga minyak melonjak lagi pada Rabu (2/3) waktu setempat.
Lonjakan tersebut terjadi setelah produsen minyak utama memutuskan untuk mempertahankan kenaikan produksi moderat meskipun ada kekhawatiran pasokan di tengah konflik Rusia-Ukraina.
Dilansir dari Xinhua, Kamis (3/3) West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April bertambah USD 7,19 atau 7 persen menjadi USD 110,60 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik USD 7,96 atau 7,6 persen menjadi USD 112,93 per barel di London ICE Futures Exchange.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mengumumkan akan tetap menjalankan rencana untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 400.000 barel per hari pada April.
Aliansi minyak tersebut mencatat volatilitas di pasar minyak disebabkan oleh perkembangan geopolitik daripada perubahan fundamental pasar.
Sementara itu, harga minyak mendapat dukungan setelah data menunjukkan penurunan stok bahan bakar Amerika Serikat (AS).
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah komersial AS turun 2,6 juta barel selama pekan lalu.
Menurut EIA, total persediaan bensin turun 0,5 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan turun 0,6 juta barel.
Harga minyak telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa hari terakhir karena konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
Sanksi Barat yang meluas terhadap Moskow memicu kekhawatiran tentang gangguan pasokan energi dari eksportir utama Rusia.
Badan Energi Internasional mengumumkan negara-negara anggotanya telah setuju untuk melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan darurat mereka untuk mengurangi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina.
Namun, pengumuman tersebut gagal menenangkan pasar, dengan WTI dan Brent masing-masing melonjak 8 persen dan hampir 7,2 persen, pada Selasa.
"Ini karena jumlah yang akan dirilis hanya mencakup dua minggu pengiriman minyak Rusia," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, Rabu dalam sebuah catatan.
Menurut kantor berita Interfax, Rusia mengekspor minyak rata-rata 4,6 juta barel per hari pada Januari dan Februari.
Para ahli mengatakan harga energi akan menjadi faktor kunci yang harus diperhatikan saat peristiwa konflik berlangsung.
Ada potensi dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dari harga komoditas yang lebih tinggi, pada saat dunia masih belum pulih dari dampak pandemi covid-19. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News