Bursa Karbon Sepi Peminat, BEI Beberkan Faktanya

30 November 2023 17:40

GenPI.co - Bursa karbon dinilai masih sepi sejak resmi diluncurkan di Indonesia pada September 2023 lalu.

Bursa Efek Indonesia mengklaim bursa karbon tidak bisa dibandingkan dengan bursa saham di Pasar Modal Indonesia.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengatakan bursa karbon lebih sepi apabila dibandingkan dengan bursa saham yang setiap hari mencatatkan transaksi senilai sekitar Rp 10,5 triliun.

BACA JUGA:  Orang Kaya China Bao Fan Hilang Misterius saat Harga Saham Turun

Jeffrey menilai ada perbedaan antara bursa karbon dengan bursa saham.

"Bursa karbon kita tidak bisa dibandingkan (dengan bursa saham) karena supply (pasokan) dan demand (permintaan) berbeda," kata dia, dalam media gathering di Kantor OJK Solo, Rabu (29/11).

BACA JUGA:  KISI Luncurkan Transaksi Saham Syariah Lewat Aplikasi KOINS

Jeffrey membeberkan saat ini sudah ada 40 entitas pengguna jasa bursa karbon (PJBK).

Sedangkan dari segi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490.000 ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200. 

BACA JUGA:  Tante Laporkan Dugaan Penggelapan Saham Blue Bird, Suami Nikita Willy Terancam

Menurut dia, jumlah pengguna jasa ini meningkat apabila dibandingkan hari pertama bursa karbon diluncurkan pada 26 September 2023.

Saat diluncurkan baru ada 15 pengguna jasa (entitas), sementara sekarang ini sudah ada 40 entitas.

Di sisi lain, ada dua pasokan untuk bursa karbon tersebut, yakni Proyek Lahendong dari PT Pertamina dan proyek di Muara Karang dari PT PLN. 

Selain itu, bursa karbon saat ini hanya bisa menerima pendaftaran pembeli maupun penjual yang berbentuk badan usaha.

Bursa karbon Indonesia juga belum dibuka untuk pembeli asing.

"Jika dibandingkan dengan potensi nilai ekonomi kepemilikan Indonesia kita masih sepi, tetapi secara relatif kalau dibandingkan dengan bursa karbon di regional ceritanya berbeda," papar dia. 

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar melaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa bursa karbon di Indonesia butuh waktu 8 bulan prosesnya hingga diluncurkan.

Sedangkan negara tetangga proses peluncuran bursa karbon ini butuh waktu 2 tahun. 

“Adapun untuk 10 hari pertama bursa karbon mencatatkan volume transaksi sebesar 460.000 ton, itu sama dengan 3 kali lipat dengan volume transaksi yang dicatatkan oleh negara tetangga dalam kurun waktu yang sama," jelas dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co