GenPI.co - Gibran Rakabuming Raka sempat mempertanyakan cara mengatasi greenflation saat debat cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1).
Saat itu, Gibran bertanya kepada Mahfud MD. Akan tetapi, Mahfud MD tidak mau menjawab pertanyaan Gibran.
Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Drajad Wibowo menjelaskan greenflation bukanlah konsep yang sederhana.
Greenflation merujuk pada peningkatan harga yang terjadi akibat biaya mahal dalam transisi ke ekonomi hijau.
Hal itu merupakan salah satu bentuk inflasi dorongan biaya atau cost-push inflation yang sering menjadi pembahasan di kalangan ilmuwan, aktivis, pebisnis, dan politikus yang fokus pada keberlanjutan.
Indonesia yang mempunyai panas bumi terbesar kedua di dunia hanya memanfaatkan 9,8 persen.
"Kendala utama ialah biaya produksi listrik tenaga panas bumi yang 50 persen lebih mahal dibanding PLTU batu bara, bahkan bisa dua kali lipat lebih mahal dalam beberapa estimasi," jelas Drajad, Senin (22/1).
Peralihan sepenuhnya dari PLTU batu bara ke PLTP dengan biaya saat ini akan meningkatkan biaya listrik nasional minimal 50 persen.
Hal itu akan berdampak luas pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan kenaikan harga yang drastis.
Greenflation juga bisa menyebabkan dampak negatif serupa dengan inflasi biasa, termasuk potensi konflik sosial dan peningkatan ketimpangan.
Transisi energi di Indonesia yang dilakukan secara radikal berpotensi menyebabkan kenaikan tarif listrik, pajak kendaraan bermotor yang tinggi, atau kenaikan harga barang akibat pajak karbon.
Masyarakat berpenghasilan rendah menjadi kelompok yang paling terdampak oleh greenflation.
Upah mereka yang tidak sebanding dengan tingkat inflasi, serta kecenderungan menyimpan tabungan dalam bentuk tunai, berbeda dengan keluarga yang lebih kaya, membuat daya beli mereka menurun secara signifikan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News