Rumah BUMN Solo Dampingi UMKM Naik Kelas Go Digital hingga Tembus Pasar Ekspor

29 April 2024 17:30

GenPI.co - Kehadiran Rumah BUMN Solo sangat membantu para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Solo Raya dan sekitarnya. Di tempat ini pelaku UMKM bisa mendapatkan pendampingan, pelatihan, akses pembiayaan, supaya mereka naik kelas hingga ke menembus pasar ekspor.

Koordinator Rumah BUMN Solo, Wachid Sedyo Prakoso, mengatakan dulu namanya adalah Rumah Kreatif BUMN (RKB) yang berdiri sejak tahun 2016 di bawah pengelolaan Bank BRI. Namanya kemudian berubah menjadi Rumah BUMN Solo pada tahun 2020 lalu.

“Fokus kami pengembangan UMKM dan coworking space sebagai basecamp milenial,” kata dia, saat diwawancara GenPI.co, di kantornya, Senin (29/4).

BACA JUGA:  Manjakan Nasabah, BRI Slamet Riyadi Solo Hadirkan Mesin SSB di BRI24

Setidaknya ada 74.000 UMKM di Solo Raya dan sekitarnya yang menjadi anggota Rumah BUMN Solo. Mereka mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk pengembangan bisnis hingga bisa go online, go digital, go modern, dan go global. Para pelaku UMKM ini rata-rata berusia 20-40 tahunan.

Ada berbagai pelatihan dan pengembangan bisnis yang bisa diikuti UMKM di Rumah BUMN Solo ini. Misalnya, program BRIncubator dari BRI pusat ataupun kelas UMKM yang digelar setiap bulan. 

BACA JUGA:  Ini Upaya BRI Cabang Slamet Riyadi Solo Bantu UMKM Naik Kelas

Wachid membeberkan BRIncubator merupakan program pendampingan secara intens dan berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM secara digital dan menuju go global.

BRIncubator adalah program pendampingan terhadap UMKM terpilih yang kini digelar di masing-masing Rumah BUMN. Nantinya mereka didampingi para ahli yang profesional di bidang digital dan ekspor. Mereka yang lolos seleksi program BRIncubator berpeluang besar mengikuti pameran-pameran. 

BACA JUGA:  Erick Thohir Dorong UMKM Gebrak Pasar Dunia via Rumah BUMN

“Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bisa ikut BRIncubator ini. Seleksinya tetap dari pusat, kami memfasilitasi,” imbuh dia.

Rumah BUMN Solo juga memiliki program pengembangan tersendiri bernama Kelas UMKM yang diselenggarakan setiap bulan. Materi yang disampaikan beragam, mulai dari digital marketing, laporan keuangan, hingga membuat produk. Menariknya, kelas ini tanpa biaya alias gratis.

Setiap kelas ini dibatasi 20-25 orang. Wachid menyebut tidak ada syarat khusus untuk mengikuti Kelas UMKM tersebut. Bahkan calon peserta yang belum memiliki usaha sama sekali, bisa ikut serta.

Di Kelas UMKM ini peserta diberikan materi misalnya, manajemen bisnis dan digital marketing. Ada pula manajemen keuangan, pembukaan rekening dan QRIS, optimalisasi marketplace, pembuatan produk craft sampai tips&trik ekspor.

“Ada kelas produk, dulu bikin perca, bikin kue, dan kerajinan tangan,” ujar dia.

Wachid menerangkan setelah kelas rampung, pengembangan UMKM terus berlanjut ke tahap berikutnya. Menurut dia, ini disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku usaha. Namun demikian, tahapannya adalah go online, go digital, go modern, lalu go global.

Dia mengaku dari puluhan ribu UMKM di Rumah BUMN Solo, sudah ribuan usaha naik kelas ke pasar digital (online), dan ratusan usaha tembus pasar ekspor. Misalnya, UMKM sangkar burung Eank Solo milik Eko Alif Mulyanto. Sangkar burung yang terbuat dari paralon bekas ini terjual hingga ke Malaysia, Singapura, dan Taiwan.

Contoh lainnya, adalah Bien Craft yang sukses menembus ekspor ke Belanda. UMKM ini membuat kerajinan dari limbah kayu jati. Belakangan Bien Craft mengembangkan produknya berupa tas etnik dan aneka aksesoris seperti gelang. 

Wachid menambahkan produk UMKM hasil pelatihan dan pendampingan ini dipajang di Rumah BUMN Solo. Setidaknya ada puluhan produk yang dipamerkan. Misalnya, baju batik dan aksesorisnya, tas, pigura, gantungan kunci, gelang, hingga perabot rumah tangga seperti meja. 

Di sisi lain, apabila UMKM membutuhkan pembiayaan, maka Rumah BUMN Solo bisa menghubungkannya dengan Bank BRI terdekat sesuai dengan alamat dan tempat tinggal pemilik usaha. Kredit usaha rakyat (KUR) yang diakses menyesuaikan kebutuhan usaha, mulai dari ultra mikro hingga usaha kecil dan menengah.

“Selama bertahun-tahun, kami melihat perkembangan UMKM di Solo terbilang sudah bagus. Mereka tinggal konsisten saja dalam menjalankan usahanya. Apalagi sekarang ini mereka sudah melek teknologi dan tahu media sosial, jadi lebih mudah mengarahkannya,” terang dia.

Sementara itu, pemilik usaha sangkar burung Eank Solo milik Eko Alif Mulyanto mengaku banyak hal didapatkannya sejak bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN (RKB) sekarang Rumah BUMN Solo sejak tahun 2017. Dari sinilah dia belajar marketing online dan memasarkan sangkar burungnya melalui Facebook.

“Dapat pelatihan pasti (bergabung di RKB). Saya baru tahu pelatihan kewirausahaan apa, lalu dapat marketing online, ini yang paling mengena saya. Dulu saya gaptek (gagap teknologi), jualan dari mulut ke mulut, pasar ke pasar, jualan sangkar burung di Pasar Depok,” tutur dia, saat diwawancara GenPI.co di lapaknya di Ngarsopuro Night Market, Jumat (1/3). 

Setelah berjualan melalui Facebook, dia sadar sangkar burung bikinannya terbilang unik dan menarik karena terbuat dari bahan yang tidak biasa seperti limbah paralon. Bahkan dia mendapatkan buyer dari Singapura karena kepincut produknya yang dipajang di Rumah BUMN Solo. 

Tak cuma mendapat ilmu marketing, Eko mahir berbicara di depan umum setelah memeroleh pelatihan public speaking dari BRI. Dia mengaku semula tidak berani ngomong di depan orang banyak. Kini pria berusia 47 tahun ini bolak-balik diminta mengisi berbagai acara kaitannya dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). 

Selain itu, Eko dengan produk andalannya kerap ikut berbagai pameran. Mulai dari Pesta Rakyat Simpedes, pameran di Solo Raya, di Jakarta, hingga produknya dipajang di Istana Negara. 

Keberhasilan Eko dengan usaha sangkar burung Eank Solo dan didampingi Rumah Kreatif BUMN ini diganjar penghargaan dalam program BRIncubator. Eank Solo sukses menyabet peringkat ketiga BRIncubator tahun 2018 lalu.

BRI tak hanya menawarkan KUR untuk pengembangan usaha, tetapi juga  memberikan pendampingan pelaku UMKM. Tujuannya adalah supaya UMKM mampu meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka agar bisa bersaing di pasar yang kian kompetitif.

Pimpinan Cabang (Pinca) BRI Slamet Riyadi Solo Agung Ari Wibowo mencontohkan BRI memiliki Rumah BUMN Solo yang terletak Jalan Adi Sucipto No 1B Manahan, Solo. Di tempat ini BRI memberikan edukasi hingga pendampingan untuk meningkatkan kelas UMKM khususnya di Kota Bengawan.

Agung membeberkan UMKM di bawah Rumah BUMN Solo dikelompokkan dibikin klaster berdasarkan jenis usaha. Usaha ini mulai dari ultra mikro hingga kecil. Misalnya, UMKM dikelompokkan mana yang industri, kerajinan, dan jasa. Setelah itu usaha ini dipilah lagi berdasarkan omzet yang didapat.

“Misalnya, industri kecil seperti ini mulai dari tata kelola, manajemen keuangan mendasar, produksi seperti apa, packaging. Ini inline nyambung ke KUR. Jadi, saat mereka naik kelas butuh permodalan karena omzet meningkat, otomatis harapan kami larinya ke dana ke kami (BRI),” kata dia saat diwawancara di kantornya, Senin (18/3) lalu.

Dalam pengelompokan klaster UMKM ini, Agung menerangkan posisi BRI seperti apa. Dia membeberkan kebutuhan mereka apa sehingga mudah mengkategorikan UMKM di Rumah BUMN Solo.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co