Main Ketoprak di Hari Jadi Jateng, Ganjar Pranowo Tampil Total

25 Agustus 2019 22:37

GenPI.co - Pagelaran Ketoprak ekslusif dalam rangka memperingati hari jadi Provinsi Jawa Tengah ke-69 digelar di halaman Pemerintah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Berperan sebagai Pangeran Sambernyawa ialah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta didukung pemain lainnya, pada Sabtu (24/8).

Pangeran Sambernyawa yang bernama asli Raden Mas Said itu merupakan tokoh ternama Jateng yang berada di garis depan melawan penjajah Belanda. Ganjar dalam lakon memimpin ratusan pasukan, mempertahankan keyakinan, membulatkan tekad menolak penguasaan kolonial di bumi Nusantara. Mereka juga menolak politik adu domba yang diterapkan Belanda pada pejuang-pejuang bangsa.

Baca juga :

Tegakkan Dasa Darma, Ganjar Pranowo Bakal Dirikan Bumi Perkemahan

Ganjar Pranowo Siapkan 5.000 Besek untuk Sedekah Daging Kurbannya

Momen Langka, Ganjar Pranowo Pidato Pake Bahasa Inggris di ASG

“Tiji tibeh, mati siji mati kabeh. Tiji tibeh, mukti siji mukti kabeh,” begitu semboyan yang ditanamkan Pangeran Sambernyawa dalam-dalam di sanubari prajuritnya yang bermaksud jangan meninggalkan seorangpun, dalam lara maupun cita. Karena jalan kemakmuran hanya ada satu, kebersamaan.

Kuatnya idealisme perjuangan Pangeran Sambernyawa tersebut diperankan dalam panggung ketoprak dengan lakon Laskar Bumi Nglaroh. Persinggungannya dengan politik dan pemerintahan membuat Ganjar cukup matang untuk bermain karakter yang sarat dengan intrik-intrik politik itu.

“Awake dewe kudu kompak njaga nuswantara. Kibarno gendera gula klapa sak dedek. Kanggo ngormati prajuritku seng gugur,” kata Ganjar dalam perannya.

Kibarno gendera gula klapa sak dedek yang dimaksud Ganjar adalah perintah pengibaran bendera merah putih setinggi orang berdiri, mengenang prajuritnya yang gugur melawan Belanda.

Ya, beberapa prajuritnya memang gugur saat bertempur melawan pasukan Belanda pimpinan Jenderal Nicolaas Hartingh yang diperankan Bupati Wonogiri, Joko Sutopo. Tapi prajurit Sambernyawa yang meninggal tidak sebanyak pasukan Hartingh. Hal itulah yang memancing Hartingh untuk melahirkan siasat jitu, karena ternyata Sambernyawa tidak bisa diremehkan.

“Kalian semua bodoh. Melawan ekstremis-ekstremis kampungan saja kalah. Berapa coba kerugian kita, berapa pasukan kita yang meninggal? Siapa itu Sambernyawa? Cari itu nama si Sambernyawa,” kata Hartingh.

Oleh anak buahnya, dipanggillah seorang Jawa bernama Pringgoloyo. Dialah pencetus siasat adu domba untuk menaklukkan Sambernyawa. Berkat intrik itu, Sambernyawa sempat cekcok dengan paman sekaligus mertuanya, Pangeran Mangkubumi. Namun itu segera disadari oleh pangeran peletak baru pertama Pura Mangkunegaran.

Pertunjukan selama satu jam setengah itu diakhiri lagi-lagi dengan teriakan ciri khasnya yang sangat dikenal sampai sekarang.

“Tiji tibeh, mati siji mati kabeh. Tiji tibeh, mukti siji mukti kabeh. Ayo tugase dewe saiki makarya kanggo nuswantara. Siji pesenku, gondelano kanti kenceng ing Pancasila. (Tugas kita sekarang adalah berkarya demi nusantara. Satu pesanku, berpegang teguhlah pada Pancasila),”.

Ia menambahkan, “Urip iku kudu urup. Aku ora bisa ndelok rakyat kula gelutan, congkrah. Aku ora bisa ndelok rakyatku bubrah,” katanya, yang bermakna, hidup itu mesti menebar manfaat. Tidak bisa aku melihat rakyatku berkelahi, saling memusuhi. Aku tidak bisa melihat rakyatku nelangsa.

Dan, Ganjar Pranowo menutup lakon dengan sempurna sebagai Pangeran Sambernyawa.

Video seru hari ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co