Ternyata ini 5 Tanda Salatmu Sudah Benar, Jangan Sampai Keliru

06 Januari 2023 17:00

GenPI.co - Ulama asal Banten Ustaz Adi Hidayat membeberkan kajian Islam terkait ciri-ciri salat yang benar atau diterima Allah SWT.

Hal tersebut diungkapkan Ustaz Adi Hidayat dalam ceramah yang dilansir dari kanal YouTube Audio Dakwah pada Jumat (6/1/2023).

Ustaz Adi Hidayat menerangkan, bagaimana amalan itu cirinya diterima oleh Allah SWT?

BACA JUGA:  Amalan ini Bikin Rezeki Mengalir Tak Keruan dari Segala Arah, Berikut Kajian Gus Baha

"Satu, kita ambil contoh salat, kedua zakat, ketiga puasa, keempatnya Haji dan Umrah. Makna dari amalan salat yang benar, jika manfaatnya sudah tampak dalam kehidupan," kata Ustaz Adi Hidayat.

Ustaz Adi Hidayat pun membeberkan, semua ibadah bukan tanpa makna, semua ibadah yang diberikan Allah mempunyai fungsi, tujuan, dan manfaat.

BACA JUGA:  Jika Sandal Hilang di Masjid, Bolehkah Pakai Milik Orang Lain? Ini Kajian Buya Yahya

"Misal salat, ini punya lima manfaat, jika orang yang salat tidak mendapatkan lima manfaat ini atau minimal satu di antara lima manfaat, berarti salatnya ada yang tidak tepat," ungkap Ustaz Adi Hidayat.

Menurut Ustaz Adi Hidayat, minimal satu dari lima manfaat itu dapat.

BACA JUGA:  Kajian Gus Baha: Jika Ekonomi Sulit dan Rezeki Sempit, Kerjakan Ibadah ini

"Satu dari lima, alhamdulillah, itu ada penerimaan dari Allah SWT. Yang bahaya itu, jika satu pun di antara lima manfaat tidak ada yang dapat atau dirasakan. Ini menandakan ada yang salah dalam salatnyam berarti belum diterima salatnya oleh Allah SWT," beber Ustaz Adi Hidayat.

Menurut Ustaz Adi Hidayat, hal itu termaktub dalam Al-Quran Surah Al-‘Ankabut Ayat 45 yang berbunyi:

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Utlu mā ụḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta tan-hā 'anil-faḥsyā`i wal-mungkar, walażikrullāhi akbar, wallāhu ya'lamu mā taṣna'ụn

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

"Sikap dan sifat buruk ada dua sumbernya, kalau tidak fahsya ya munkar, fahsya keburukan yang datang dari syahwat misal pornografi, pornoaksi, LGBT, kata-kata dan gambar jorok," jelas Ustaz Adi Hidayat.

"Jika Anda salat, Anda masih menikmati kata-kata yang kotor, tontonan, gambar-gambar video yang buruk, gosip-gosip, tontonan yang erotis, itu fahsya namanya," sambungnya.

Menurut Ustaz Adi Hidayat, jika merasa kurang baik, jangan dipertahankan keburukan itu. Karena hanya setan yang mempertahankan keburukan.

"Munkar adalah keburukan yang diingkari oleh hati kita, sumbernya nafsu perut dengan akal," jelas Ustaz Adi Hidayat.

Bentuk-bentuk keburukan tersebut adalah mencuri, korupsi, kolusi, menipu.

"Tidak ada orang salat menipu, mustahil! Karena orang yang salat, setelah salat pasti ingat Allah dan tidak akan maksiat," ujar Ustaz Adi Hidayat.

Sementara itu, ibadah zakat, ciri penerimaan Allah adalah jika ada perasaan dalam hati sudah tidak memperhatikan harta.

"Senang berbagi, lebih tepat guna, lebih proporsional, lebih punya visi. Misalnya Allah memberikan rezeki untuk kebutuhan sebulan Rp 50 juta, tapi ternyata kebutuhan hanya Rp 30 juta, dievaluasi, berarti Rp 20 juta adalah bekal saya ke surga," beber Ustaz Adi Hidayat.

Oleh sebab itu, kata Ustaz Adi Hidayat, maka turunlah ayat Al-Quran Surah Al-Qashash Ayat 77

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

"Turunnya ayat ini bermakna rezeki dan amal seseorang berbeda, ada yang diberi rezeki cukup, namun malamnya bisa Tahajud. Ada pula yang diberi rezeki berlimpah, maka disuruh mencari akhirat dengan rezeki atau nikmat yang diberikan, sedekah, infaq," kata Ustaz Adi Hidayat.

Menurut Ustaz Adi Hidayat, orang yang puasanya diterima, maka cirinya ada peningkatan dalam ketakwaannya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co