GenPI.co - Terkadang seorang anak membutuhkan motivasi ekstrinsik untuk melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaiknya dalam jangka panjang.
Dorongan lembut dari orang tua untuk mendorong anak agar bergabung dalam sebuah tim bukanlah hal yang buruk, selama aktivitas tersebut merupakan sesuatu yang diharapkan dapat dilakukan atau diminati oleh anak.
Terlalu banyak aktivitas akan menyebabkan anak berisiko mengalami kelelahan.
Jika terlalu sedikit, anak akan merasa kurang terstimulasi dan sangat bergantung pada ponsel untuk menghibur diri.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan aktivitas mana yang akan diikuti anak.
1. Tanyakan pada diri kamu apakah aktivitas yang kamu pilih untuk anak sesuai dengan kemampuannya atau pilihan aktivitasnya lebih sesuai dengan preferensi kamu?
Meskipun kamu senang bermain hoki saat kecil, bukan berarti anak harus juga bermain, terutama jika anak lebih mahir dalam olahraga curling, speed skating, atau menari.
2. Ingatlah bahwa kegiatan juga merupakan salah satu cara untuk mengajarkan kecakapan hidup kepada anak.
Di daerah beriklim dingin, hal ini berarti anak-anak harus belajar bermain skate. Di beberapa komunitas, iseorang anak yang bisa berburu atau memancing.
Bagi beberapa keluarga, anak menguasai setidaknya satu instrumen atau belajar bahasa.
Ketika kegiatan-kegiatan tersebut mengkomunikasikan kepada seorang anak bahwa mereka adalah bagiannya, maka nilai dari kegiatan tersebut jauh lebih besar dibandingkan jika kegiatan tersebut merupakan suatu "keharusan" di akhir hari yang sudah melelahkan bagi seorang anak.
3. Saat menawarkan anak kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan terstruktur, pantau tingkat keterlibatan anak.
Membaca bahasa tubuh anak, lebih dari kata-katanya adalah cara mudah untuk mengetahui seberapa besar kesibukan yang diinginkan anak dalam hidupnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News