Widi, Jurnalis GenPI, Penyintas Gempa Palu

03 Oktober 2018 20:25

Kurniawan Widianto mungkin tak akan bisa lupa dengan pengalamannya di Palu. Sulawesi Tengah. Saat gempa dan tsunami melanda daerah itu, ia berada di sana, menjadi salah satu dari tim GenPI yang bertugas meliput Festival Palu Nomoni.

Kamis (27/9), Widi, begitu ia kerap disapa berangkat ke Palu dari Bandara Soekarno Hatta. Ia terbang bersama Person In Charge GenPI untuk Festival Nomoni Palu, Frea Anetta.

“Semua persiapan dilakukan seperti biasa. Kita pun berangkat dari daerah masing-masing. Semua tim berkumpul di Palu 27 September. Di hari pertama tiba ini, tidak ada aktivitas yang kita lakukan. Tim beristirahat. Karena sebagian menempuh perjalanan jauh,” terang Widi,  Rabu (3/10).

Di hari kedua, tim ini memanfaatkan waktu dengan berkeliling Kota Palu. Usai sarapan di Hotel Syah Regency, perjalanan dimulai. Karena pembukaan Festival Nomoni malam hari, tim memilih berkunjung ke salah satu destinasi yang ada di Kota Palu. Pilihan jatuh pada Cagar Budaya Banua Oge.

“Ini adalah Rumah Raja. Perjalanan ke destinasi adalah agenda rutin anak-anak GenPI. Jadi selain memg-cover Calendar Of Event, GenPI juga mengangkat destinasi-destinasi di daerah untuk diviralkan,” paparnya.

Widi dan rekan-rekan akhirnya tiba lokasi Festival Nomoni sekitar pukul 16.30 WITA. Namun, karena saat itu lalu lintas lumayan padat, tim ini baru tiba di lokasi sekitar pukul 15.20 WITA.

“Saat tiba di lokasi, kita langsung berpencar. Saya sendiri mencari spot-spot foto. Waktu gempa mengguncang,saya sedang foto anjungan dengan latar belakang jembatan kuning Palu yang indah,” Widi mengisahkan.

Baru 10 menit di lokasi, tiba-tiba bumi berguncang. Gempa berkekuatan 7 skala richter mengguncang hebat. Lokasi Festival Nomoni pun rusak. Kepanikan terjadi. Terlebih tak lama kemudian ombak tsunami datang.

“Semua panik dan menyelamatkan diri. Kita dievakuasi ke Laawani Petobo dengan Kawa Tuna, kita diarahkan untuk ke daerah itu. Tapi, posisi tim sudah terpisah. Dan saya lost kontak dengan anggota tim yang lain,” katanya.

Meski dalam kekalutan, Widi masih berpikir jernih. Bersama seorang tim GenPI lain bernama Sherwin Aka Papisher, mereka memutuskan untuk menuju bandara. “Tak ada kendaraan, jadi kami jalan kaki selama satu jam menuju bandara dibawah terik matahari,” kenangnya.

Di Bandara Palu, Widi tak bisa langsung pulang ke Jakarta. Ia harus menunggu tiga hari di tempat itu sampai mendapati ada pesawat yang flight ke Jakarta. Sementara anggota tim lain telah mendahuluinya pulang dengan menumpang Pesawat Hercules milik TNI.

“Selama tiga hari di Bandara, kami makan seadanya. Mulai biskuit bayi hingga satu roti dibagi berdua. Namun kami tak putus asa. Tertawa adalah kuncinya. Intinya, apa pun yang terjadi, jangan lupa bahagia," Widi mengimbuh. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co