Di1950-an Naik Pesawat Hanya Bisa Dilakukan Orang Kaya, Tapi...

GenPI.co - Pesawat adalah salah satu alat transportasi yang digunakan orang-orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Pesawat menjadi favorit karena kecepatan dan pemandangan yang disuguhkannya dari ketinggin ribuan kaki. Tapi dibandingkan moda transprortasi lainnya, pesawat lebih mahal. Sementara soal keamanan, setiap kendaraan bisa celaka kapan saja.

Jika siapa saja bisa naik pesawat saat ini, tidak pada 5 dekade silam. Kala itu, pesawat adalah sesuatu yang sangat mewah. Hanya orang kaya yang mampu menjangkaunya. Sebab, harganya bisa 4-5 kali harga tiket pesawat.

BACA JUGA: Ngetop dari Kecil, Tengok 5 Gaya Agnez Mo Bawakan Tralala Trilili

Soal layanan, pesawat jaman dulu benar-benar memanjakan penumpangnya. Ruang kaki yang tersedia begitu luas. Kamu bisa selonjoran saking leganya.

Jika dulu merokok di kabin pesawat bisa membuatmu berurusan dengan kemanan, tidak jika kamu menumpang pesawat pada 1950-an. Kamu boleh mengisap sepuasmu.

Suasana pesawat zaman lawas. (Foto: Daily Mail)

Hidangannya pun bukanlah jenis makanan cepat saji yaang dipanaskan. Makanan yang tersaji benar-benar level bintang lima.

Kenyamanan yang tersedia di pesawat jaman dulu mungkin bisa dibandingkan dengan yang didapatkan saat kamu menyewa jet.

OK, sudah cukup soal kemewahan yang bisa dinikmati penumpang pesawat zaman lawas. Bagaimana dengan risiko?

Rupanya, risiko kecelakaan pesawat zaman dulu 5 kali lebih besar dari pada saat ini. Wajar saja, pesawat saaat itu sepenuhnya dikendalikan secara manual. Salah sedikit, burung besi itu bisa terjun bebas.

BACA JUGA: Deretan Potret Banjir Ketika Jakarta Masih Bernama Batavia

Selain itu, jenis-jenis kecelakaan yang pernah terekam dalam sejarah penerbangan antara lain mesin yang terlepas dari badan pesawat, hingga tabrakan di udara.

Bahkan turbulensi di udara bisa bikin pesawat pada dekade tersebut jatuh bebas hingga sejauh 150 meter dari posisinya semula. Hal tersebut tentu saja membuat seluruh isi kabin tercecer kemana-mana. Seram yah?