Raka, Aku Merindukanmu yang Dulu

02 April 2020 20:03

GenPI.co - “Gimana kondisi Raka, Bu? Ada perkembangan, kan?” tanyaku pada ibu Raka sambil mencium tanganya saat aku datang ke rumahnya.

“Masih sama, tetapi memang kita harus sabar, Neng,” ujar wanita paruh baya yang selalu tersenyum dan ramah.

BACA JUGA: Giant Gelar Promo Besar-Besaran, Diskon Sampai 35 Persen

Setiap pulang kantor aku selalu menyempatkan diri untuk datang ke rumah Raka guna menengoknya.

Sebisa mungkin aku mendukungnya untuk sembuh seperti sedia kala. Meskipun perih rasanya melihat kondisi Raka, aku tidak boleh terlihat sedih di hadapannya.

Entah apa yang pantas untuk menggambarkan hubunganku dengan Raka. Dia bukan pacarku. Saudara juga bukan.

Namun, aku sangat sayang dan cinta dengan dia. Aku mengenal dia baik dan mulai menjalin hubungan ketika dia menjadi dosen pembimbingku di kampus dulu.

Secara personal aku mengenal Raka dia sangat dewasa. Bahkan kedekatan kami sudah melebihi seorang mahasiswa dan dosen.

Usai bimbingan kadang dia mengajakku untuk nonton. Katanya biar aku makin semangat dan tidak stres mengerjakan tugas revisi dari dia.

Bahkan sampai aku lulus kami pun masih sering berbagi kabar secara intens hingga sampai pada akhirnya dia harus pergi ke Jerman.

Dia sangat cerdas dan pintar. Meski usiannya masih muda, dia sudah berhasil menyandang gelar magister dan menjadi dosen di kampusku.

Karena kecerdasannya pula dia berhasil mendapatkan beasiswa S-3 di Jerman dan lulus dengan nilai yang memuaskan.

Sayangnya Raka bernasib buruk. Dia mengalami depresi ketika melihat tunangannya, Melinda, menikah dengan orang lain.

Padahal Raka sudah berjanji mau menikahi Melinda setelah dia rampung dan berhasil mendapatkan gelar doktor di Jerman.

Raka sering menceritakan hubungannya dengan Melinda kepadaku sebelum dan selama dia di Jerman.

Bahkan Raka pun menceritakan kabar gembira tentang pertunangannya dengan Melinda.

Jujur, saat itu aku hanya pura-pura bahagia mendengarnya. Faktanya, aku merasa sangat sakit karena diam-diam aku suka padanya.

Entah kenapa aku tidak rela dia menikah dengan orang lain apalagi dengan Melinda yang penampilannya bak model sabun kecantikan.

Namun, ternyata Melinda merupakan salah satu kebahagian Raka. Andaikan mereka jadi menikah, mungkin Raka tidak mengalami hal seperti ini.

Ya, meskipun aku yang harus terluka melihat mereka bahagia. Awalnya aku merasa bahagia ketika mendengar mereka tidak jadi menikah.

Namun, setelah mendengar Raka mengalami depresi berat aku jadi sedih.

Sekarang, orang yang aku sayang hanya bisa terdiam dan murung. Bahkan dia tidak ingat aku sama sekali.

Tak ada kata-kata manja, canda-canda genit yang kerap kali dia lakukan kepadaku.

“Raka, apa kabar?” sapaku ke pada Raka yang tengah duduk di sebuah kursi roda di terasa belakang rumahnya.

Setiap menjenguk Raka, aku selalu menyapanya dan memandanginya dengan senyuman. Biasanya Raka tidak merespons dengan pandangan kosong.

Namun, sore ini aku merasa bahagia lantaran Raka membalas senyumanku dan memandangku.

“Raka, kamu ingat aku, kan?” tanyaku sambil membelai pipinya yang putih.

“Aku Sarah, mahasiwa kamu yang tengil itu. Ingat, kan? Setelah aku selesai bimbingan kamu selalu mengajakku pergi ke kantin dan aku selalu minta es krim. Kalau kamu kasih aku banyak tugas, kamu mengajak untuk pergi nonton,” kataku sambil menggenggam tangannya dengan erat.

Namun, Raka kembali mengalihakan pandangan dan melepaskan tangannya dari genggamanku.

BACA JUGA: Promo Superindo Terbaru, Minyak Goreng Murah Buruan Serbu! 

“Raka aku rindu kamu yang dulu, aku rindu tawamu dan aku rindu sikapmu yang usil,” tak terasa bulir air mata menetes di pipiku.

“Sabar, Neng. Raka pasti pulih. Sabar, ya,” ujar ibu Raka sambil memegang bahuku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Mia Kamila
Rindu   Cinta   Kekasih   Dear Diary   Pacar  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co