GenPI.co - Indonesia dikenal dengan keragaman wastra Nusantara yang cantik dan menarik.
Selain batik, negeri ini memiliki kain songket, lurik hingga tenun.
Salah satu perancang mode yang selalu menyelipkan kain tradisional ini, adalah sosok Vivi Zubedi.
Desainer yang dikenal merancang busana abaya syar'i ini telah malang-melintang di panggung mode luar negeri.
BACA JUGA: Agnez Mo Bersyukur Tinggal di Indonesia Selama Pandemi Corona
Terbaru, ia ditunjuk untuk menampilkan karyanya di gelaran New York Fashion Week (NYFW) selama dua tahun berturut-turut, yakni 2017 dan 2018.
Pada acara tersebut, ia berhasil membawa busana muslim dengan signature kearifan lokal naik kelas.
BACA JUGA: Sinopsis Episode 1 The World of The Married di Drakor TransTV
Menilik perjalanan karier, desainer cantik keturunan Arab ini, harus melalui proses panjang yang tak mudah.
Vivi mengungkapkan mulai menemukan ketertarikannya di industri mode sejak tahun 2010. Karena latar belakang pendidikan akuntansi, membuat dirinya mengambil private course di bidang fashion.
Setahun sesudahnya baru lah ia mulai merilis label bernama Vivi&co.
BACA JUGA: Viral Dentuman Misterius Senin Pagi Hebohkan Warga Jawa Tengah
"Tahun 2011 akhirnya memantapkan diri bikin brand sendiri. Lalu akhirnya saya memakai nama panggilan Vivi Zubedi agar lebih mudah dikenal," ungkapnya.
Pada awal merintis karier ia bahkan sempat memproduksi baju non-modest, namun tak bertahan lama.
Kemudian ia memantapkan pilihannya ke dalam gaya modest yang berjalan hingga sekarang.
Untuk bisa bertahan hingga sekarang tentu tidak mudah, ia pun selalu mengutamakan orisinalitas dalam berkarya.
Kerja keras mengantarkan ia ke panggung pekan mode bergengsi New York Fashion Week (NYFW).
Cerita Vivi di acara fashion bergengsi itu diawali dari tawaran sebuah agency dari negeri Paman Sam.
Kala itu agency tersebut memang sedang melirik pasar modest fashion di Indonesia, dan nama label 'ViZu' akhirnya menjadi salah satu kandidat. Menurut mereka koleksi abaya miliknya memiliki karakter yang unik.
Kesempatan emas itupun ia pergunakan untuk menampilkan signature abaya miliknya.
Tak lupa ia memasukkan kain tradisional dalam rancangannya. Pada bulan Februari 2018, ia menghadirkan Pagatan dan Sasirangan, kain tradisional Kalimantan Selatan ke panggung utama NYFW.
Inspirasi didapatnya dari para perajin yang mayoritas kaum hawa. Keunikan, warna, dan keindahan kain tradisional itu dipancarkan oleh semangat dan cinta dari para perajin.
"Koleksi kedua adalah 'Urang Banua' atau Banua Borneo. Saya memiliki misi tidak hanya mempromosikan kreasi budaya ini ke industri mode Internasional, tetapi juga untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan ekonomi para perajin," tambahnya.
Dirinya bersyukur dan merasa terhormat dapat bertemu dengan para seniman, pengusaha, dan semua perempuan yang telah menjadi bagian dari perjalanan kariernya. Sekali lagi, ini adalah #WomenEmpowerment. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News