Bangun Komunikasi Cinta Keluarga dengan Camilan Kaya Imajinasi

28 Mei 2020 08:30

GenPI.co - Pandemi covid-19 mengharuskan kita membatasi berkegiatan di luar rumah, dengan menerapkan bekerja dari rumah dan belajar dari rumah. Tidak mudah, karena sebelumnya kita sudah terbiasa berkegiatan di luar rumah.

Namun kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya menjaga kesehatan diri dan keluargalah, yang mendorong kita memilih untuk sementara waktu berkegiatan di rumah.

BACA JUGA3 Kebiasaan Orang Tua yang Dapat Membuat Si Kecil Jadi Manja

Perubahan akibat pandemi covid-19 ini tentu memiliki dampak psikologis. Bukan hanya dirasakan orang dewasa saja, namun remaja dan anak-anak mengalami dan merasakan dampak psikologis yang sama, seperti: meningkatnya perasaan cemas, takut, bingung, frustrasi dan mudah tersinggung.

Inilah beberapa emosi yang muncul berupa proses mental yang menyertai perubahan yang bukan pilihan kita namun harus kita hadapi dan jalani.

Dalam kehidupan keluarga ini pun dirasakan. Saat kita sebelumnya berkegiatan di luar rumah, seringkali tidak mengenal waktu, di mana kebersamaan keluarga hanya dilakukan saat akhir pekan saja.

Sekarang berbeda. Orang tua menerapkan bekerja dari rumah, dan anak-anak pun harus menjalani belajar dari rumah, maka hampir setiap saat kita bertemu pasangan dan anak-anak, yang hampir semuanya berkegiatan di rumah.

Di awal saat melakukan kebiasaan baru tersebut, kita ada dalam masa “honeymoon phase” (fase bulan madu). Senang dapat berkumpul bersama keluarga setiap hari.

Dapat melakukan kegiatan bersama yang sebelumnya jarang dilakukan, seperti sarapan pagi bersama dengan santai dan tidak perlu memikirkan soal kemacetan lalu lintas.

Anak-anak pun senang karena lebih sering bertemu orang tuanya. Namun euphoria itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar dua atau tiga pekan saja efek bulan madunya dirasakan, setelahnya mulai muncul masalah-masalah yang dipicu rasa bosan, kebingungan dan frustrasi.

Suasana di rumah mulai berbeda. Orang tua mulai sibuk dengan urusan pekerjaan, anak-anak pun mulai disibukkan dengan kegiatan belajar dan PR dari guru yang semakin bertambah. Komunikasi antar-anggota keluarga yang awalnya terjalin dekat, mulai berubah.

Kembali pada kebiasan lama, berupa tanya-jawab mengenai kegiatan rutin yang dilakukan, seperti, “PR sudah dikerjakan belum?” atau mungkin mulai muncul konflik antara kakak dan adik terkait pilihan program televisi, misalnya.

Jika memang situasi ini mulai muncul dan dirasa mempengaruhi kenyamanan komunikasi antar-anggota keluarga, maka sebaiknya perlu disikapi dengan bijak dan dicari upaya untuk menyiasatinya.

Satu di antara kebiasaan yang dapat membantu mengakrabkan orang tua dan anak, yaitu makan bersama.

Tidak hanya makan besar saja yang bisa dilakukan, memilih camilan untuk dinikmati bersama juga dapat menjadi momen tersendiri dalam membangun kedekatan emosional dan psikologis antara orang tua dengan anak.

Satu pilihan camilan bagi keluarga, yaitu Yupi Gummy, kudapan yang menyehatkan sekaligus menyenangkan (fun and healthy).

Kreativitas memakai Yupi Gummy yang terlihat sederhana  ini dapat memberikan manfaat untuk membuat seluruh keluarga happy.

BACA JUGASulit Pisah sama Orang Tua Saat Merantau? Atasi dengan 3 Cara Ini

Terapkan dalam suasana kebersamaan yang rileks dan fun. Dengan demikian, anak-anak berkembang di lingkungan keluarga yang penuh kebersamaan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co