Terima Kasih Telah Berjuang Bersama Menemani Hari-Hari Beratku...

04 Juni 2020 20:25

GenPI.co - Perkenalkan namaku Tyo. Menjadi seorang pria tentu harus tangguh dan berjuang mengejar apa yang menjadi tujuannya. Hal demikian yang aku lakukan, guna mendapatkan pengakuan pria dewasa dari seseorang yang aku panggil ayah. 

Ayahku adalah seorang yang hebat, ia mampu membesarkan aku seorang diri bahkan tanpa pasangan hidup. Karena ibuku sudah lama meninggal karena sakit kanker yang ia derita selama gadis.

Aku terlahir dari keluarga sederhana, ayah menghidupi aku dengan bekerja menjadi seorang koki di restoran besar. Tidak sedikit orang yang mengenal ayahku, karena ia adalah pria yang sangat ramah dan selalu membantu siapapun tanpa mengharapkan timbal balik. 

Pria pemilik prinsip menjunjung tinggi kejujuran ini, yang kelak akan aku teruskan menjadi prinsip dalam hidupku.

Namun, aku tidak mengerti kenapa orang sebaik ayahku dipanggil sang Maha Kuasa begitu cepat, bahkan dengan sebuah kecelakaan.

Dapur tempat ayah bekerja terbakar, seharusnya ia tidak menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Tapi, karena ia berusaha menolong seorang karyawan lainnya yang masih berada dalam dapur, ayah tertimpa reruntuhan, terjebak dan tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan dia.

"Ayaaaaaaaaaaaaaaah," teriakku kencang mendengar kabar duka tersebut setelah keluar kelas ujian nasional.

Tidak ada ujian paling sulit dalam hidupku selama ini, selain satu persatu kehilangan orang yang aku cintai. Mengapa orang baik selalu pergi terlebih dahulu? Mengapa tidak orang seperti aku? yang bahkan tidak berdampak apapun bagi orang lain? 

Setelah kepergian ayah, aku seakan tidak memiliki gairah dalam hidup. Tidak seorang pun dapat menjadi temanku kecuali Delima.

Ia adalah seorang sahabat yang aku kenal sejak duduk di bangku SMA hingga saat ini. Demila adalah wanita yang kuat dan pintar. 

BACA JUGA: Sekian Lama Jadi Orang Ketiga, Akhirnya Aku Dapatkan Cinta Reno

Hal tersebut tersebut terlihat mulai ia dibesarkan dari sebuah panti asuhan, dimana ia harus tetap unggul untuk dapat terus melanjutkan pendidikan. 

Kedua orang tuanya membuang dirinya sejak masih kecil sekali, aku bersyukur dia tumbuh menjadi orang yang luar biasa.

Melihat perjuangan hidupnya, aku jatuh hati pada sahabatku sendiri. Namun, sejak pertama aku menyatakan perasaan ini. Jawabannya cukup terus terngiang dalam pikiranku.

"Aku nggak mau sama orang yang nggak kaya, maka dari itu berjuanglah" Hal tersebut memotivasi diriku untuk terus maju dan menjadi lebih baik dalam segala hal.

Menggunakan uang pesangon ayah selama bekerja, aku memutuskan membuat sebuah usaha makanan. Karena uang pas-pasan tersebut membuat diriku akhirnya putus sekolah, sehingga tidak dapat meneruskan pendidikan hingga kejenjang lebih tinggi. Aku berharap, setelah usaha kedai ini berputar, aku bisa melanjutkan pendidikanku.

Menjalankan usaha ini tentu aku tidak sendirian, aku mendapatkan beberapa karyawan yang bersedia kerja paruh waktu karena mereja juga nyatanya masih duduk di bangku kuliah. 

Tiga tahun berlalu, usaha kedai milikku kini sudah membuka cabang dimana-mana. Dengan konsep franchise sangat banyak orang yang tertarik dengan rasa makanan yang ku buat.

Kebaikan selama ayahku hidup, menuai rasa percaya teman-temannya kepada diriku. Sehingga, tidak sedikit dari mereka membuka franchise usahaku. 

Usaha keras dari karyawanku yang hanya 4 orang juga tidak kalah membuat aku merasa memiliki keluarga lagi.

Menepati janji pada diri sendiri akhirnya aku melanjutkan kuliah dan menyelesaikannya tepat waktu. pada hari kelulusanku Delima kembali datang menghampiri aku.

BACA JUGA: Bulan Madu Berakhir dengan Maut, Selamat Jalan Mas Bagas...

"Tyo selamat ya untuk kelulusannya dan kesuksesan yang udah kamu raih," ucap Delima sambil memberikan aku bunga.

"Iya Del, thankyou juga buat selama ini supportnya," jawabku sambil menerima bungga dan merangkul pundaknya.

"Jadi kamu masih suka sama aku nih selama ini?," tanyanya sambil mencubit pipiku

"Nggak, nyatanya aku menemukan cinta yang lain, orang yang membantu aku sampai aku berada dititik ini," jawabku

"Tyoooo," ucap Delima sambil memegang tanganku

"Tapi kamu juga nggak kalah penting buat aku, karena ucapan kamu aku berjuang hidupku," jelasku sambil tersenyum pada Delima.

Pada akhirnya aku jatuh cinta pada seorang karyawanku sendiri, ia wanita yang penuh semangat dan tidak ada hentinya menasehati aku bila berbuat salah. 

Namanya Ivana, pekerja paruh waktu ini yang selalu ada bersamaku. 

Aku kini mengerti kenapa Tuhan tidak panggil aku dahulu, karena ia punya rencana yang luar biasa untuk aku membuka kedai membantu Ivana dan ia juga yang menopang aku.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co