GenPI.co - Menikah dengan konsep tradisi adat masih menjadi pilihan para calon pengantin di jaman sekarang. Selain ingin mempertahankan tradisi leluhur, gaya tradisional ini juga bisa memancarkan aura ‘pangling’ bagi kedua mempelai.
Salah satu proses adat yang masih dijunjung tinggi oleh pengantin adalah siraman adat Jawa. Tahap siraman merupakan langkah awal sebelum kedua mempelai sah sebagia suami istri.
Upacara siraman adat Jawa merupakan simbol untuk meluruhkan segala hal negatif dari diri calon pengantin sehingga bisa masuk ke gerbang pernikahan dengan diri yang sudah suci kembali.
Berikut ini adalah rangkaian dan makna mendalam dari proses siraman seperti dihimpun dari berbagai sumber. Apa saja?
1. Sungkeman
Prosesi siraman akan dibuka dengan prosesi sungkeman. Calon pengantin wanita akan melakukan sungkeman kepada kedua orang tua terlebih dahulu.
Jika kakek dan nenek dari calon mempelai wanita hadir dalam prosesi pernikahan adat Jawa ini, maka merekalah orang pertama yang harus dituju calon mempelai wanita untuk menjalankan sungkeman.
Setelah prosesi sungkeman selesai, acara dilanjutkan ke prosesi siraman.
2. Siraman
Setelah semua persiapan siap, maka prosesi siraman pun bisa dimulai. Siraman pertama dilakukan oleh ayahanda dari mempelai wanita, lalu dilanjutkan dengan sang ibunda.
Masing-masing menyiram sebanyak tiga kali, yaitu satu siraman di kepala, satu siraman di pundak atau badan, dan satu lagi siraman di kaki.
Setelah ayah dan ibu, siraman diteruskan oleh pini sepuh, orang terdekat yang sudah ditunjuk untuk mengikuti prosesi siraman.
Jumlah orang yang menyiram haruslah ganjil, biasanya berjumlah 7 orang, namun bisa juga 5 atau 9 orang.
Setelah seluruh pini sepuh sudah selesai melakukan siraman, ayah dari mempelai wanita akan menuangkan sisa air dari kendi kepada sang anak untuk digunakan berwudhu.
Kendi yang kosong tersebut dipegang oleh kedua orang tua, kemudian dijatuhkan ke tanah sehingga pecah.
Proses menjatuhkan kendi tersebut diiringi ucapan “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku [nama mempelai wanita]”.
Pemecahan kendi tersebut menjadi simbol pecahlah pamor sang anak sebagai wanita dewasa dan memancarlah sirna pesonanya.
BACA JUGA: Wujudkan Pesta Pernikahan Idaman dengan 7 Cara Menabung Efektif
4. Potong Rikmo
Prosesi siraman adat Jawa dilanjutkan dengan memotong rambut dari mempelai wanita atau disebut dengan potong rikmo.
Utusan besan juga akan menyerahkan potongan rambut mempelai pria untuk disatukan. Gabungan potongan rambut ini lalu dikubur di halaman rumah.
Prosesi siraman adat Jawa pada tahap ini bertujuan agar semua hal buruk dikubur bersamaan dengan rambut, sehingga kelak kedua mempelai hanya disertai kebaikan dan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
BACA JUGA: Protokol Pesta Pernikahan di Era New Normal, Tidak Ada Prasmanan
5. Bopongan
Setelah semua selesai, prosesi siraman adat Jawa akan diakhiri dengan sang ayah menggendong calon mempelai wanita menuju kamar.
Salah satu prosesi pernikahan adat Jawa ini melambangkan betapa kasih sayang orang tua senantiasa mengiringi anaknya sampai detik terakhir menjelang lembaran baru dalam kehidupan sang anak.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News