Elegi Senyap di Dalam Hati

16 Juli 2020 15:20

GenPI.co - Namaku Ani. Sejak kecil aku diajarkan untuk patuh pada aturan dalam keluarga. Papaku terbiasa oleh aturan militer, begitu juga kami di rumah pun kami selalu diawasi. 

Waktu kami sekolah selalu di antar jemput oleh sopir. Kami hidup berpindah-pindah, dari daerah satu ke daerah lainnya khusus di bagian timur.

Orang-orang selalu mengatakan aku manja, karena kemanapun aku pergi selalu diantar, entah itu mama atau kakak-kakak ku.

Padahal itu bukan mauku. Aku sering berontak, kadang aku diam-diam pergi tanpa sepengatuhan orang tuaku. Aku tumbuh menjadi pribadi yang minder.

Tahun demi tahun berlalu, sampai aku beranjak dewasa, aku kadang menuruti apa kata-kata orang tua kalau itu memang ku anggap benar, tapi kalau tidak sesuai dengan kata hati, aku menjadi benar-benar tersiksa, dan selalu aku pendam dalam hati.

Masa-masa SMA adalah masa-masa yang paling menyenangkan buatku, dari pacaran yang belum di izinkan orang tua, beda agama, dan aku selalu berusaha berprestasi di dunia modeling. Sampai akhirnya aku masuk kuliah di daerah kelahiran papa. 

Sejak aku lulus SMA, aku nggak pernah pacaran. Tapi aku mulai mengawali saat aku mulai bekerja. 

Teman dekat memang ada, tapi aku gak memilih satu pun. Mantan mantan yang pernah mengajak ku menikah, sudah menikah dan aku pun sendiri. 

Sampai aku bertemu seorang laki-laki yang sebelumnya nggak ada sedikit pun pernah terbayang aku akan menerimanya. 

Aku pun berfikir keras. Dan mulai mencoba lagi dengan trauma masa lalu dan itu pun kesalahan ada pada diriku.

Aku menerima ajakannya untuk membina hubungan yang lebih dekat. Dia dan aku karakter yang sangat jauh berbeda. Dan dia jauh dari kriteria yang selama ini aku inginkan. 

Tak seperti mantan mantan ku yang memenuhi kriteria yang selalu aku inginkan.

Aku dan dia sering terlibat pertengkaran, entah itu hal yang kecil akan menjadi besar. Kami masih dalam penyesuaian. Tapi lambat laun aku mulai mencintainya, bahkan melebihi dari apapun. 

BACA JUGA: Gilang! Kau Hancurkan Kenikmatan Ini...

Aku sering mengalah untuknya agar hubungan kami baik-baik saja. Aku sangat mencintainya dan sangat takut kehilangan dirinya. Aku menerima dia apa adanya.

Tapi hubungan kami tak pernah disetujui mamanya. Dan dia tak pernah bisa mengambil sikap. Walaupun kami telah jauh melangkah ke hal semestinya tidak boleh kami lakukan. Aku memang manusia bodoh. Aku meratapi nasib diri ku ke depan akan jadi apa. Aku hancur.

Sementara dia gak bisa mengambil keputusan hanya karena takut dibilang anak durhaka. Dan melepaskan tanggung jawabnya pada diriku. Aku hanya bisa menangis di setiap doaku.

Aku tidak bisa diterima mamanya karena aku bukan seorang dokter. Aku tidak sesuai dengan kriteria calon menantu idaman yang seorang dokter dan kaya raya. 

BACA JUGA: Berulang Kali Laras Selingkuh, Aku Tetap Mencintainya.....

Aku seorang karyawan swasta biasa dengan gaji standar. Seribu alasan karena aku tak ramah. Bagaimana aku mau berbincang bincang, klo aku tak diberi kesempatan untuk lebih dekat, mamanya menutup pintu buat diri ku.

Aku paham setiap orang tua ingin yang terbaik buat anaknya, tapi itu adalah bahtera hidup yang harus anak anak jalankan setelah dewasa maka pilihan hidup ditentukan oleh anaknya. 

Sampai sekarang pun aku tak pernah menerima keputusan dari lelaki yang sudah mengambil segalanya dari diriku. Aku digantung dan tidak jelas.

Mungkin orang orang akan mencemoohku karena aku adalah wanita paling bodoh. Inilah deritaku. Seorang wanita paruh baya yang menyerahkan hidupnya pada takdir.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co