Bolehkah Aku Memiliki Rasa Ini Kepada Sahabatku, Reynan?

27 Agustus 2020 16:30

GenPI.co - Pernah nggak sih kamu memiliki rasa suka atau sayang yang luar biasa ke sahabatmu? Tapi, kamu nggak bisa mengungkapkannya. Aduh, perasaan yang sungguh menyiksa.

Ini terjadi kepadaku dan Reynan. Namanya Reynan, dia tampan, baik hati, tapi sudah punya buntut, eh maksudnya kekasih. 

Pacarnya kalau dibandingkan aku sih jauh, dia cantik banget dan populer lagi di kampus.

Aku dan Reynan sudah berteman sejak di bangku Sekolah Menengah Atas. Rasa ini muncul pertama kali mempersilahkanku untuk duduk di sebelahnya saat baru masuk sekolah.

Persahabatan kami begitu hangat, kedua orang tua juga sudah biasa melihat kami belajar bersama di rumah. Namun, terkadang dia membawa kekasihnya belajar berasama.

Elin dan Reynan sudah berpacaran dua tahun. Keduanya memang sahabatku, Elin sudah aku kenal sejak SMP, tetapi kami berdua tidak terlalu dekat. Maklum dia kan populer dan aku hanya si kutu buku.

Terkadang saat mereka sedang malam mingguan, aku sering diajak Reynan pergi bersama. Satu dua kali, tapi yang ke tiga kali ada raut yang tidak senang dengan kehadiranku.

Aku sadar, mereka butuh waktu berdua. Aku yang menjadi nyamuk disana berinisiatif pura-pura telponan dan mengatakan kepada mereka untuk kali ini aku tidak dapat bergabung karena mau kencan sama seorang pria.

Kemudian aku turun di salah satu cafe bernama Union di daerah Senayan. Disitu aku sendiri menatapi malam dengan sepotong kue red velvet kesukaanku.

Tidak ada yang menghampiri, hanya mbak-mbak pelayan yang menanyakan menu kepadaku. Ya, aku membohongi mereka agar Elin tersenyum dan merasa tidak terganggu.

Akhirnya jam menunjukkan pukul 23.00 WIB, saatnya aku pulang. Aku berada di depan Plaza Senayan sambil menunggu taxi. 

Taxi tak kunjung datang, kemudian ada mobil Honda Jazz merah menghampiriku. Tin.. Tin.. Suara nyaring khas klakson milik Reynan. Dia bertanya kemana orang yang aku temui.

Aku cuma bisa berbohong sambil berkata "ehhh..aaa..anu dia duluan," Sahutku.

Reynan langsung memberiku tumpangan. Ceweknya pun masih terlihat sinis melihatku. 

Ini tanda-tanda akhir persahabatanku yang indah dengan pujaan hatiku. Benar saja, kekasihnya sekarang seperti melarang kami untuk saling bertemu.

Aku sedih karena harus kehilangan orang yang aku sayangi sebagai sahabat dan kekasih. Kami sudah jarang bertemu, bahkan di kelas pun dia sedikit dingin.

Suatu ketika hujan datang, seperti di sinetron. Aku kehujanan di halte sambil menunggu bis arah ke Ciledug. 

BACA JUGA: Hasratku Terpuaskan, Mendua Ternyata Cukup Indah

Reynan yang tidak membawa kendaraan akhirnya menghampiri dan berdiri di sebelahku.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk tanya kabarnya. Dia akhirnya bicara dengan nada tinggi.

"Kenapa lo harus bohong, lo nggak ketemu siapa-siapa kan kemarin? Jujur!," Katanya dengan nada tinggi yang membutaku terkejut.

"Nggak, aku gamau ganggu kesenangan kalian berdua," Kataku.

"Yaampun Cit (Citra namaku), lo kan sahabat gue dan Elin kan pacar gue pastinya kita senang ada lo disana, kita biasa bareng kok. Dimana rasa nggak enaknya sih! Lo berubah Cit," Sahutnya.

Pikirku, dia tidak tahu saja bahwa Elin tidak menyukai keberadaanku. Mungkin karena Elin tahu aku menyukai kekasihnya.

BACA JUGA: Wajah Anak Tak Mirip, Suami Menuduh Aku Selingkuh

"Maaf Rey, aku naik bis dulu ya," Kataku yang saat itu bis arah ke Ciledug datang.

Percakapan kami berhenti sampai disitu. Reynan beberapa kali menghubungiku dan aku takut untuk mendekatinya lagi.

Saat ini perasaanku bimbang. Bagaimana aku bisa sedekat dulu kalau perasaanku semakin tidak menentu. 

Kasihan Elin, kalau setiap jalan dengan Reyanan selalu tidak nyaman karena ada aku.

Apa yang harus aku buat? Apakah aku harus pindah sekolah untuk menghindari mereka? Sungguh pilihan yang sulit. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co