Jangan Cuek! Pahami Gejala Sindrom Sarang Kosong dan Solusinya

27 November 2020 16:20

GenPI.co - Sindrom sarang kosong merupakan suatu istilah yang menggambarkan kondisi psikologi dan emosi yang dialami wanita dalam suatu waktu karena ditinggalkan oleh anak-anaknya atau karena anaknya menikah. 

Mereka yang mengalaminya akan dihantui perasaan campur aduk mulai dari kebahagiaan, kesakitan, kesepian dan kekhawatiran.

BACA JUGAAntisipasi Alzheimer, Konsumsi 4 Makanan ini Sejak Dini

Sindrom ini sebenarnya bukan gangguan klinis, tetapi dapat menjadi tantangan emosional bagi orang tua untuk beralih ke situasi baru.

Situasi di mana tanpa kehadiran anak mereka yang telah menjadi teman tetap mereka selama bertahun-tahun. 

Dilansir dari Healthy Guide, sindrom sarang kosong biasanya hilang dengan sendirinya ketika orang tua mulai menyesuaikan diri dengan situasi baru. 

Namun, terkadang kondisinya dapat berkembang menjadi depresi, konflik perkawinan, alkoholisme atau tekanan psikologis.

Penyebab utama sindrom sarang kosong adalah krisis ekonomi yang terjadi saat ini yang meliputi faktor gender, latar belakang budaya, nasional dan sosial demografi. 

Karena globalisasi, urbanisasi dan kebutuhan akan gaya hidup yang berkualitas, terjadi peningkatan migrasi orang ke kota-kota besar dan maju selama dekade terakhir. 

Para migran ini sebagian besar adalah kaum muda yang mungkin pindah ke kota untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik atau kesempatan profesional yang lebih baik. Sementara orang tua mereka tertinggal di negara atau tempat asal. 

Selain itu, jika pasangan yang lebih tua tidak memiliki anak, mereka tidak berisiko mengalami sindrom sarang kosong. 

Kondisi ini terutama memengaruhi orang dewasa yang lebih tua yang hanya memiliki satu anak.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sindrom sarang kosong dapat menyebabkan lesi materi putih dan gangguan kognitif pada orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.

BACA JUGALawan Penyakit Alzheimer dengan Ginseng dan Wortel

Selain itu, perasaan kesepian dan gejala depresi lainnya terutama memengaruhi kondisi mental dan kesejahteraan masyarakat. 

Cara mengatasi gangguan tersebut adalah mengelola gejala emosional melalui pengobatan yang diresepkan. Tetap berhubungan dengan anak melalui platform digital seperti panggilan telepon, email atau teks. 

Jangkau dukungan sosial untuk menghindari kesepian, biasakan beraktivitas seperti berolahraga setiap hari dan makan makanan tepat waktu dan sehat.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co