Kartini di Lombok

22 April 2019 08:04

GenPI.co - Inspirasi benar melintasi jaman. Seperti Minggu (21/4) ini. Indonesia kembali merayakan satu hari khusus, yaitu Hari Kartini. Satu sosok perempuan Jawa, dengan pemikiran-pemikiran visioner. Jauh melampaui batas kondisi hidupnya, berpuluh tahun lalu. Masa-masa dalam kungkungan penjajahan. Penjajahan negeri luar, penjajahan kemerdekaan internal, penjajahan berpikir.

Menarik ulur ke tanggal kelahiran Kartini, karakter inspiratifnya menyentuh angka 140 tahun. Ya, ia lahir hampir satu setengah abad lalu.

Di Lombok, belum ada sosok perempuan yang menyamai ketokohan seorang Kartini. Entah karena budaya patriark, di mana hampir tak ada celah bagi perempuan suku Sasak Lombok, menempati atau berperan strategis. Atau, berlatar alasan sama, jika pun ada sosok berkarakter kuat, sejarah Lombok yang lebih menguatkan peranan laki-laki.

Nyatanya, ada dua nama perempuan yang sangat lekat dengan dua ikon pariwisata Lombok. Puncak Anjani, penamaan untuk puncak tertinggi Gunung Rinjani Lombok, adalah nama dari seorang putri raja, Dewi Anjani. Yang seorang lagi, Putri Mandalika. Ia menjadi semakin ikonik lewat Festival Bau Nyale yang menjadi satu dari 100 Wonderful Event CoE (Calendar of Event) Kemenpar RI.

Beranjak dari dua nama ikonik di atas, perayaan lainnya masih seumum perayaan Hari Kartini di daerah lain di Indonesia. Di banyak tempat, layanan-layanan publik tampak sedikit berbeda. Karyawan perempuan tampak cantik mengenakan kebaya berbagai warna, motif dan corak. Paduannya adalah kain khas nusantara yang sama beragamnya.

Staf Hotel Aruna, Lombok, memperingati Hari kartini dengan berkebaya

Hotel Aruna Senggigi, Lombok, misalnya. Sepanjang 21 April 2019, sebagian besar staf perempuan mengenakan kebaya. Yang unik, staf lelaki justru mengenakan Dodot. Dodot merupakan set busana adat khas Sasak Lombok. Pakaian ini khusus dikenakan para lelaki, kecil, besar, tua dan muda. Beskap hitam polos, terkadang diberikan aksen border benang emas samar, dengan bawahan beragam motif kain tenun khas Lombok.

Terpisah, di Gili Trawangan tidak tampak perayaan khusus. Namun, ketabahan dan keyakinan kuat seorang Hajjah Aisyah bisa menjadi inspirasi tersendiri. Ia tak pernah meninggalkan pulau kecil cantik ini sejak gempa pertama sampai hari .

Layaknya Kartini, Hj. Aisyah adalah perempuan berkarakter kuat. Ia sempat  mengungsi selama dua pekan, mengantisipasi resiko tsunami atau runtuh mendadak rumah sekaligus warung yang ditinggalinya. Setelahnya, dengan keyakinan kuat, ia percaya rumahnya masih tempat teraman. 

Satu sisi dari masih banyak lagi hal serba baik, yang menjadikan seorang Kartini sebagai tokoh  inspiratif. Tak harus menuliskan ratusan lembar pemikiran bernas, yang kemudian dikompilasikan ke sebuah dalam buku. Bisa saja, hanya sekadar berharap sedikit bagian dari kuatnya keyakinan, keteguhan dan rasa percaya diri. Seperti yang dimiliki seorang Hj. Aisyah.

Kalian, perempuan millennial, inspirasi apa yang ingin kalian kisahkan hari Kartini?

Hj Aisyah, tak sekalipun meninggalkan Gili Trawangan ketika bencana melanda. Keyakinannya, rumah merupakan tempat teraman.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co