GenPI.co - Saat ini semakin banyak kelompok masyarakat yang peduli dengan kebersihan di lingkungan tempat wisata. Komunitas ‘Wicked Good’ di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, adalah salah satunya.
Wicked Good sendiri adalah sebuah program dari Yayasan Peduli Indonesia yang memberikan beasiswa Dive Master kepada setempat. Komunitas ini juga rutin membersihkan kawasan Labuan Bajo dan pulau-pulau di sekitarnya.
Turut merayakan hari bumi yang jatuh pada 22 April 2019 lalu, Wicked Good mengadakan kegiatan bertajuk ‘trash challenge’. Kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu (24/4), dengan sasaran area pembersihan adalah Pulau Bajo.
Baca juga: Labuan Bajo dikembangkan Sebagai Destinasi Wisata Berkelanjutan
Kegiatan ‘Trash Challenge’ ini didukung oleh Kementerian Kemaritiman dan Balai Taman Nasional Komodo. Turut pula Dinas Lingkungan Hidup, Pemda Manggarai Barat dan komunitas Penyelam Profesional Komodo (P3Kom).
Penanggung jawab kegiatan ‘trash challenge’ Ica Marta Muslin mengatakan, Pulau Bajo merupakan salah satu tempat timbunan sampah terbesar di sekitar perairan Labuan Bajo.
“Kami membersihkan kawasan ini karena merupakan sumber utama marine litter di perairan sekitar Labuan Bajo. Ini merupakan akibat dari pelaku-pelaku industri yang tidak bertanggung jawab. Saat air laut naik, sampahnya jadi menyebar ke mana-mana,” kata Ica kepada GenPI.co, Minggu (28/4).
Kegiatan ‘trash challenge’ diikuti oleh sekitar 70 anggota komunitas Wicked Good. Seharian, mereka berhasil mengumpulkan sekitar 100 karung sampah, yang sebagian besar merupakan botol minuman kemasan dan bungkusan makanan ringan. Sampah tersebut diduga berasal dari wisatawan, karena Pulau Bajo sendiri merupakan pulau yang tidak berpenghuni.
Menurut Ica, hingga saat ini jumlah sampah di kawasan Pulau Bajo sudah mulai berkurang.
“Jumlah sampah sudah sangat jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya di pulau itu. Karena pihak kecamatannya juga sangat concern dengan masalah sampah, apa lagi kepala Dinas Pariwisata adalah mantan Sekertaris Dinas Lingkungan hidup,” ungkap Ica.
Sebagai koordinator nasional untuk Indonesian Waste Platform, Ica berpendapat banyaknya jumlah sampah di Pulau Bajo merupakan dampak dari pengembangan wisata di kawasan tersebut. Terlebih lagi, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi prioritas yang diusung oleh Kementerian Pariwisata RI
“Peningkatan jumlah wisatawan pasti berbanding lurus dengan produksi sampah, karena rata-rata seorang turis memproduksi 2,5 kg sampah/hari,” papar Ica.
Ke depan, Ica ingin kegiatan mengumpulkan sampah di Pulau Bajo rutin dilakukan. Dirinya berharap, pengembangan pariwisata di Pulau Bajo dan Labuan Bajo secara keseluruhan diiringi dengan perubahan perilaku masyarakat dan wisatawan untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
“Masyarakat dan pelaku wisatawan harus terlibat dalam manajemen sampah, sebagai dampak positif dari pariwisata yang berkembang pesat di daerah ini,” imbuh Ica.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News