Gawat! Israel Tutup Semua Akses Bantuan Dunia ke Gaza

19 Mei 2021 11:12

GenPI.co - Sebuah konvoi truk bantuan internasional yang mulai meluncur ke Gaza melalui Karem Abu Salem, (Kerem Shalom), sebuah perbatasan dengan Israel dihentikan pada hari Selasa (18/5/2021) kemarin.

Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) mengatakan dalam sebuah pernyataan kemudian bahwa penyeberangan perbatasan ditutup setelah seorang tentara Israel terluka ringan dalam serangan itu.

BACA JUGA: Di Akhir Masa Jabatan, Trump Ancam Tak Bagikan Bantuan Tunai

“Setelah bom mortir ditembakkan ke arah Penyeberangan Kerem Shalom, diputuskan untuk menghentikan masuknya sisa truk,” kata COGAT dalam keterangannya, seperti dilasnir dari Aljazeera, Rabu (19/5/2021).

Sebelumnya, Karl Schembri, penasihat media untuk Timur Tengah di Dewan Pengungsi Norwegia, mengatakan bahwa Gaza akan 'tercekik' jika penyeberangan Keram Abu Salem dan Beit Hanoon (Erez) ditutup.

“Orang-orang ini tidak hanya membutuhkan barang-barang penting, mereka sekarang membutuhkan bantuan kemanusiaan yang vital. Dan Israel perlu memberikan jaminan bahwa barang-barang ini akan diberikan jalur yang aman," jelasnya.

Schembri juga mengatakan perlu ada koridor kemanusiaan dan gencatan senjata agar para pekerja bisa masuk dan menilai kebutuhan masyarakat.

"Tidak ada pengiriman yang bisa dilakukan selama pemboman berlanjut," kata dia.

Juga pada hari yanag sama, badan bantuan PBB menyatakan lebih dari 52.000 warga Palestina kini telah terlantar akibat serangan udara Israel yang telah menghancurkan atau merusak parah hampir 450 bangunan di Jalur Gaza.

"Sekitar 47.000 pengungsi telah mencari perlindungan di 58 sekolah yang dikelola PBB di Gaza," kata Jens Laerke selaku juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Jenewa.

Laerke melaporkan 132 bangunan hancur dan 316 rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama serta pabrik desalinasi, mempengaruhi akses ke air minum bagi sekitar 250.000 orang.

"Ada kekurangan pasokan medis yang parah, risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan penyebaran Covid-19 karena orang-orang terlantar berkerumun ke sekolah," ungkapnya.
 
Sementara, Kelompok hak asasi yang berbasis di London, Amnesty International menyerukan penyelidikan serangan udara terhadap bangunan tempat tinggal di Gaza.

“Pasukan Israel telah menunjukkan pengabaian yang mengejutkan terhadap kehidupan warga sipil Palestina dengan melakukan sejumlah serangan udara yang menargetkan bangunan tempat tinggal, dalam beberapa kasus menewaskan seluruh keluarga - termasuk anak-anak," demikian pernyataan Amnesty.

Amnesty menyampaikan pihaknya juga mendokumentasikan empat serangan mematikan yang dilakukan Israel terhadap rumah-rumah pemukiman tanpa peringatan sebelumnya dan meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki.

Dilaporkan serangan Israel pada 11 Mei menghancurkan dua bangunan tempat tinggal milik keluarga Abu al-Ouf dan al-Kolaq, menewaskan 30 orang, 11 di antaranya anak-anak.

Seorang wanita dan ketiga anaknya tewas pada 14 Mei ketika bangunan tiga lantai keluarga al-Atar dihantam.

BACA JUGA: Di Meksiko, Putri Bos Kartel Narkoba Bagi Bantuan pada Warga

Kemudian, rumah Nader Mahmoud Mohammed Al-Thom, tempat dia tinggal bersama delapan orang lainnya, diserang tanpa peringatan pada 15 Mei.

Setidaknya 213 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, telah tewas di Gaza sejak serangan dimulai. Sekitar 1.500 warga Palestina terluka.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co