Taliban Setop Bayar Listrik, Afghanistan Balik ke Abad Kegelapan

05 Oktober 2021 19:20

GenPI.co - Taliban sudah tak mampu lagi mengurus negara. Mereka setop bayar listrik. Aghanistan bakal balik ke abad kegelapan.  

Melansir Business Insider, Senin (4/10/2021), sekitar 70 persen dari pasokan listrik Afghanistan berasal dari luar negeri, menurut think tank Caspian Policy Center yang berbasis di Washington DC.

Sementara WSJ melaporkan pasokan listrik untuk ibu kota Afghanistan hampir seluruhnya berasal dari luar negeri.

BACA JUGA:  Kerumunan Besar 1.000 Pendukung Taliban, Bendera Putih Berkibar

Ketika Taliban menguasai negara itu pada Agustus, mereka mengambil alih DABS dan mewarisi utangnya.

DABS membutuhkan sekitar 90 juta dollar AS (Rp 1,28 triliun) untuk mengatasi kewajibannya, kata Safiullah Ahmadzai kepada WSJ.

BACA JUGA:  Murka Pasukan Khusus Taliban Bikin Sel-sel ISIS Porak-poranda

Biaya itu termasuk utang kepada pemasok listrik di negara tetangga Turkmenistan (3/10/2021), Tajikistan dan Uzbekistan.

"Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, tetapi terutama di Kabul," kata Daud Noorzai, mantan kepala eksekutif perusahaan listrik Afghanistan (DABS) kepada surat kabar itu.

BACA JUGA:  Taliban Balas Dendam, Sel ISIS Diganyang Sepanjang Malam

Ada banyak pemadaman listrik di tengah musim dingin, menurut laporan The Wall Street Journal (The WSJ).

Outlet itu mengatakan, pasokan daya kota itu berisiko. Itu lantgaran Taliban berhenti membayar perusahaan asing yang memasok sebagian besar listriknya

"Akan ada pemadaman listrik dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke Abad Kegelapan dalam hal kekuasaan dan telekomunikasi," katanya.

Seorang ulama Taliban menggantikan Ahmadzai sebagai CEO DABS pada Minggu, surat kabar itu melaporkan.

Pada 2020, DABS membayar hingga 280 juta dollar AS (Rp3,98 triliun) per tahun untuk listrik yang diimpor, menurut outlet berita Afghanistan TOLO News.

Tetapi Taliban sejauh ini menolak mengizinkan DABS menggunakan 40 juta dollar AS (Rp 569 miliar) dalam rekeningnya untuk membayar krediturnya.

"Negara-negara tetangga kami sekarang memiliki hak untuk memutus aliran listrik kami, berdasarkan kontrak," kata Ahmadzai.

Ibu Jubir Taliban Penerimaan pemerintah Afghanistan sangat lambat, terlebih karena penguasa negara itu mempersulit keluarga membayar tagihan DABS mereka.

Afghanistan telah lama bermasalah dengan pasokan listrik yang berfluktuasi.

Penduduk di Kabul mengeluh pada Juni tentang tagihan yang tinggi dan hanya memiliki jam layanan yang terbatas per hari, TOLO News melaporkan.

Dengan Taliban sekarang dalam kendali penuh, pasokan listrik untuk sementara meningkat, menurut The WSJ.

Pasalnya kelompok militan menghentikan serangannya terhadap jaringan listrik.

Jeda dalam kegiatan industri, yang biasa menjadi sasaran kelompoknya, membuat aliran listrik lancar menuju pengguna perumahan.

Tetapi jika pemasok Afghanistan memutus aliran listrik, negara itu dapat menghadapi krisis pada musim dingin, kata Noorzai kepada surat kabar tersebut.

Menurut The Diplomat pemutusan listrik adalah risiko khusus terutama dengan Tajikistan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co