GenPI.co - Pemerintah Taliban pada hari Selasa (2/10) mengumumkan larangan baru yang dianggap membuat ekonomi Afghanistan makin terperosok dalam keterpurukan.
Kelompok militan itu memberlakukan larangan penggunaan mata uang asing di seluruh Afghanistan.
Sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus, mata uang nasional Afghanistan telah terdepresiasi.
Amerika Serikat dan negara sekutu juga telah membekukan cadangan negara itu yang disimpan di luar negeri.
Dengan ekonomi yang tertatih-tatih, bank-bank kehabisan uang tunai dan komunitas internasional sejauh ini menolak untuk mengakui pemerintahan Taliban sebagai pemerintah.
Sementara itu, banyak transaksi di dalam negeri dilakukan dalam dolar Amerika Serikat.
Sementara di daerah yang dekat dengan jalur perdagangan perbatasan selatan, masyarakat menggunakan rupee Pakistan.
Namun, dalam sebuah pernyataan pers, juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid menyatakan bahwa mulai sekarang siapa pun yang menggunakan mata uang asing untuk bisnis domestik akan diadili.
"Situasi ekonomi dan kepentingan nasional di negara itu mengharuskan semua warga Afghanistan menggunakan mata uang Afghanistan dalam setiap transaksi," katanya.
Mujahid melanjutkan, Imarah Islam menginstruksikan semua warga, pemilik toko, pedagang, pengusaha dan masyarakat umum untuk selanjutnya melakukan semua transaksi di Afghanistan.
Seluruh masyrakat juga diminta secara ketat menahan diri dari menggunakan mata uang asing.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News