GenPI.co - Militer Israel mulai bergerak. Operasi rahasia dipercepat. Misinya, membuat Iran dan nuklir andalannya menjadi koma.
Israel terlihat tak ingin melihat Teheran sukses menggenjot penhayaan uraniumnya. Misi antiiran pun mulai dijalankan.
Ketegangan antara Israel dan Iran terus memanas. Utamanya setelah Teheran mengumumkan terus menggenjot pengayaan uraniumnya yang menjadi bahan baku senjata nuklir.
Iran mengklaim kini sudah mencapai lebih dari 210 kilogram pengayaan dari 20 persen uranium.
Langkah itu pun disebut sebagai tantangan sebelum menggelar pembicaraan dengan negara-negara Barat terkait proliferasi nuklir.
Di bawah kesepakatan antara Iran dan negara-negara kuat di dunia, Iran tidak diizinkan memperkaya uranium di atas 3,67 persen.
Sementara uranium yang diperkaya di atas 90 persen dapat digunakan untuk senjata nuklir.
Pengumuman itu berlangsung ketika Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Iran sepakat akan kembali melanjutkan pembicaraan soal nasib kesepakatan nuklir 2015 pada 29 November di Wina.
Negara-negara yang tergabung dalam Rencana Aksi Gabungan (JCPOA) berjanji akan memberikan intensif ekonomi bagi Iran.
Syaratnya, Iran harus membatasi program pengayaan uranium mereka sehingga mencegah produksi bom nuklir.
Namun, Iran bersikeras bahwa program pengayaan itu dilakukan untuk kedamaian.
Bagi Israel, langkah Iran itu adalah sinyal bahaya. Celah itu dianggap bisa dijadikan pintu masuk untuk mengembangkan kekuatan militer Negeri Mullah.
Militer Israel mengatakan pasukannya tengah mempersiapkan kemungkinan konflik bersenjata dengan Iran yang menjadi musuh bebuyutan Tel Aviv selama ini.
Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Aviv Kohavi, mengatakan militer Israel mempercepat rencana operasional dan kesiapan untuk menghadapi ancaman Iran dan nuklirnya.
Israel menganggap Iran sebagai ancaman eksistensial dan Tel Aviv berulang kali menegaskan akan bertindak dengan cara militer jika diperlukan.
"Operasi rahasia dipercepat Kami akan gunakan kekuatan militer jika diperlukan," tegasnya seperti dikutip dari Reuters. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News