Ada Ancaman Dahsyat di Murka Vladimir Putin ke Ukraina dan NATO

09 Februari 2022 12:30

GenPI.co - Ada ancaman dahsyat di murka Presiden Rusia Vladimir Putin. Amarahnya ke Ukraina dan NATO bisa bawa petaka besar. 

Putin tak segan memekikkan perang besar jika Krimea disentuh. NATO dan AS yang ada di belakang Ukraina juga bakal dihajar habis-habisan.

Putin mengaku khawatir Ukraina bisa dijadikan pangkalan NATO. Bila itu terjadi, prediksinya, Ukraina memiliki dukungan militer besar untuk merebut Semenanjung Krimea.

BACA JUGA:  Tekan Putin, Joe Biden Kirim Pasukan Kecil ke Eropa Timur

“Jika Ukraina menjadi anggota NATO dan bergerak merebut kembali Krimea, negara-negara Eropa akan terseret konflik militer dengan Rusia. Tidak akan ada pemenang,” kata Putin, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Rabu (9/2/2022).

Kekhawatiran Putin juga berdasarkan persenjataan NATO kepada negara-negara anggotanya di dekat kawasan Eropa Timur seperti Estonia, Lituania, Latvia, Rumania, dan Polandia.

BACA JUGA:  Makin Panas, Amerika Serikat Kini Targetkan Lingkaran Dalam Putin

Dalam tuntutannya kepada NATO, Kremlin tegas meminta aliansi pertahanan NATO menarik pasukan dari negara-negara tersebut.

Pemerintahan Vladimir Putin memandang Ukraina sebagai tetangga strategis dari segi pertahanan.

BACA JUGA:  Presiden Prancis Sukses Meyakinkan Putin, Ukraina Bisa Lega

Itu sebabnya Kremlin nekat melakukan operasi militer di Krimea dan mendukung kelompok separatis Donbass usai Presiden Viktor Yanukovych didongkel dan Kyiv menjadi cenderung pro-Barat.

Kekhawatiran dalam aspek pertahanan membuat Kremlin enggan surut dari tuntutan menolak negara-negara bekas Soviet diterima NATO.

Sebaliknya, NATO juga enggan didikte oleh Moskow. NATO tetap berkeras membantu Ukraina.

Dua sikap tegas tersebut membuat negosiasi diplomatis akhir-akhir ini berjalan buntu.

Namun, usai kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (7/2) lalu, Putin terkesan agak tenang.

Dia mengaku usulan Macron berpeluang dijadikan basis untuk mewujudkan resolusi konflik Rusia-Ukraina.

Presiden Macron sendiri segera bertolak ke Kyiv untuk bertemu Presiden Volodymyr Zelensky usai rapat dengan Putin.

Di lain pihak, Jerman juga berusaha aktif menengahi perselisihan Rusia-Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz dilaporkan akan mengunjungi Kyiv dan Moskow pada 14-15 Februari mendatang.

Sebelumnya, Prancis dan Jerman berperan aktif menengahi konflik Rusia-Ukraina terkait Krimea dan kelompok separatis.

Mediasi dua negara itu membuahkan Persetujuan Minsk II pada 2015.

Sayangnya, persetujuan Minsk hanay dijalankan Moskow. Ukraina terkesan ogah-ogahan menerapkan perjanjian tersebut.

Kyiv mengaku jika penerapan Persetujuan Minsk II sangat berpotensi merugikan Ukraina.

Konflik Rusia-Ukraina sendiri berkisar pada tuntutan Kremlin agar Ukraina dan negara bekas Uni Soviet lain tak diterima untuk bergabung dengan NATO.

Namun, Amerika Serikat (AS), NATO, dan Ukraina menolak tuntutan tersebut.

Rusia pun mengirim sekitar 100.000 pasukan ke perbatasan Ukraina. Kremlin menolak tuntutan Barat agar konsentrasi pasukan dibubarkan.

Washington bahkan menuding Moskow sedang menyiapkan dalih untuk melancarkan invasi total ke Ukraina.

Kremlin menampik tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi. Pemerintahan Putin menyebut AS dan sekutunya justru memprovokasi.

Vladimir Putin sendiri mengaku pihaknya siap melanjutkan negosiasi kendati ada perbedaan mendasar antara tuntutan dua pihak yang berkonflik.

Putin mengaku syarat bahwa Ukraina tak boleh gabung NATO adalah mutlak.

Dia bahkan mengancam akan terjadi perang besar jika NATO nekat menerima Ukraina. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co